Masuk Islam setelah Korannya Dirapikan

- Maret 21, 2016
Seorang warga Jerman masuk Islam. Jalannya mendapat hidayah tergolong unik. Berawal dari tumpukan koran.

Ia masuk memiliki seorang tetangga muslim di depan rumah; seorang pemuda yang datang ke Jerman untuk belajar. Suatu hari ia pergi keluar kota.

Pemuda muslim awalnya tidak tahu jika tetangganya itu pergi untuk waktu yang lama. Maklum, di Jerman kehidupan individualisnya cukup kental.

Pemuda muslim itu heran karena beberapa hari, koran yang diletakkan loper di depan pintu tidak diambil. Tergeletak begitu saja dan jumlahnya semakin banyak hingga membentuk tumpukan. Ia pun kemudian mencari kabar tentang tetangganya itu.

Setelah mengetahui tetangganya bepergian, ia rapikan tumpukan koran itu di sebuah rak. Esoknya, ketika koran baru datang, ia susun di rak tersebut dengan rapi. Begitu seterusnya hingga bulan kedua.

Saat pria Jerman itu datang, ia terkejut dengan koran-korannya yang tersusun rapi.






“Selamat datang, mohon maaf aku merapikan koranmu. Aku khawatir jika engkau mengikuti perkembangan berita tertentu atau pertandingan, lalu engkau tertinggal karena bepergian lama. Kuharap dengan tertata seperti ini, engkau tidak kehilangan perkembangan berita sedikitpun,” kata pemuda Muslim saat berkunjung ke rumahnya.

Pria Jerman itu heran. Agak lama ia menatap pemuda Muslim tersebut.

“Apakah engkau menginginkan upah atau hadiah dari perbuatanmu ini?”

“Tidak. Sama sekali tidak.”

“Lalu mengapa engkau bersusah payah melakukannya?”

“Agama kami mengajarkan untuk berbuat baik kepada tetangga. Engkau adalah tetanggaku, aku harus berbuat baik kepadamu.”

Rupanya kalimat itu sangat membekas di hatinya. Ia jadi penasaran dengan agama pemuda tadi. Sementara hari-hari berikutnya, kebaikan demi kebaikan dilakukan oleh sang pemuda muslim.

Akhirnya, pria itu minta dijelaskan seperti apa agama Islam yang dianutnya. Mendapat penjelasan dari pemuda Muslim itu, dengan izin Allah, pria Jerman tersebut kemudian masuk Islam. [Ibnu K/Bersamadakwah]

*Disarikan dari kisah nyata yang ditulis Syaikh Dr Muhammad Al Arifi dalam buku Istamti’ bihayatik (Nikmati Hidupmu)



Advertisement


EmoticonEmoticon

 

Start typing and press Enter to search