KPI Latih Guru Islam Asal Papua

- Desember 22, 2016
Tidak meratanya pembangunan di Indonesia, khusus bagian timur, juga berdampak pada gerakan dakwah. Karena itu, percepatan dakwah di Indonesia bagian timur segera didorong. Sebagai salah lembaga amil zakat nasional, YDSF ikut berkiprah dalam mendorong percepatan dakwah di bagian timur. Kali ini, YDSF bekerja sama dengan Yayasan Al Fatih Kaaffah Nusantara (AFKN) dalam memperkuat gerakan dakwah. 

Selama tiga hari (21-23 Desember 2016), YDSF menggelar Pelatihan Smart Teaching bagi para guru dan calon guru kader AFKN. YDSF menggandeng Kualita Pendidikan Indonesia (KPI) sebagai tim instruktur pelatihan ini. 50 orang ikut sebagai peserta kali ini. AFKN adalah lembaga sosial yang khusus menampung dan mendidik para muallaf, dhuafa dan anak yatim yang berasal dari berbagai daerah di Papua. Lembaga yang mengelola pondok pesantren di Bekasi ini didirikan Fadzlan Rabbani Garamatan pada 1999. 

“Para guru dan calon guru ini akan kembali ke daerahnya masing-masing di Irian untuk menjadi guru dan dai. Mereka harus berdakwah melalui pendidikan ke daerah pedalaman. Karena saat ini masih banyak guru di Irian itu yang hanya datang ke sekolah sekali dalam sebulan. Hanya mengambil gaji saja tapi tidak mau mengajar kaumnya sendiri. Maka, kami ingin kader-kader dakwah ini harus menggembleng diri dalam pelatihan ini. Agar Pulau Irian makin berjaya,” tegas Fadzlan. “Saya berterima kasih kepada YDSF atas kerja sama ini. Alhamdulillah saya bersyukur atas kemitraan ini,” imbuhnya. 

Direktur YDSF menyatakan bahwa ini merupakan bagian dari amanah para donatur. “Jika bicara pembangunan umat, maka itulah jalur pendidikan. Maka YDSF ikut berperan dalam membangun pendidikan di Indonesia bagian timur ini. Ini akan membawa berkah bagi donatur dan YDSF serta berdampak panjang bagi saudara kita di Irian,” jelasnya. 

Dalam sesi pertama, Misbahul Munir, salah satu intruktur, mengajak peserta agar menata niat sebagai guru. “Setelah menata niat, para guru harus mengenal siswa secara mendalam. Mulai dari nama murid, hobi, kelemahan, kekuatan dan bahkan kondisi keluarga mereka masing-masing. Bagaimana bisa mengembangkan potensi siswa jika tidak mengenal mereka? Ketika saya jadi wakil kepala sekolah dulu, saya sampai hafal nama 115 siswa saat itu termasuk hoby dan karakteristiknya” papar Misbah. (*)
Advertisement


EmoticonEmoticon

 

Start typing and press Enter to search