Antara ICM dan Bulutangkis

- Januari 03, 2017
Oleh : Dr. Margono, M.Pd 


Masih segar dalam ingatan kita tentang berlangsungnya final kejuaraan bulu tangkis piala Thomas antara Indonesia dan Denmark pada hari Ahad 22 Mei 2015 yang berakhir dengan kemenangan di pihak Denmark. Sekedar untuk diketahui bahwa Denmark adalah salah satu negara paling tandus tetapi saat ini menjadi yang paling sejahtera peringkat dua dunia setelah New Zealand. Negara yang baru bertama kalinya memperoleh juara di piala Thomas ini ternyata memiliki konsep yang sangat baik di bidang pendidikan. Mereka berpandangan bahwa membangun negara itu sebenarnya dari sekolah atau lebih spesifik lagi dari kelas, termasuk membangun kualitas bulu tangkis sehingga memiliki kualitas kelas dunia. Lalu apa kaitannya dengan ICM ? 

Lembaga pendidikan Insan Cendekia Mandiri Boarding School (ICM-BS) adalah sebuah lembaga pendidikan jenjang SMP dan SMA di bawah naungan Yayasan Yatim Mandiri yang didalamnya dididik anak yatim dengan visi menyiapkan calon pemimpin dunia yang berkarakter dan visioner, saat ini sedang diterapkan konsep pendidikan kelas dunia seperti yang diterapkan oleh Denmark dan negara-negara maju lainnya, sehingga lulusannya diharapkan memiliki kualitas yang nyata dan menjadi model dalam membangun kesejahteraan bangsa. Konsep pendidikan yang dimaksud selanjutnya disebut dengan konsep sekolah efektif, yaitu sekolah yang memberikan layanan pembelajaran yang bermutu didukung oleh proses penyelenggaraan yang bermutu dan mampu menghasilkan lulusan yang bermutu. Dengan cara mewujudkan perubahan, membangun kapasitas belajar, mewujudkan pembelajaran berbasis minat dan gaya belajar (learning style), mengembangkan kualitas guru melalui coaching, dan mengembangkan kurikulum sesuai tujuan sekolah. 

Mewujudkan perubahan mencakup kegiatan membangun visi sekolah, membangun skills/kecakapan, membangun semangat, mengembangkan sumber daya, dan mengembangkan action plan. Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk memusatkan energi dan potensi yang ada menuju visi, misi, dan tujuan sekolah yang dibangun berdasarkan dinamika perubahan masyarakat.

Membangun kapasitas belajar mencakup kegiatan mengembangkan visi pribadi, membangun pola pikir positif, mengembangkan pengalaman belajar, mengembanngkan peran pendidik, dan membangun iklim pembelajaran. Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk mewujudkan potensi tanpa batas yang tersimpan pada setiap orang menjadi kekuatan yang dahsyat dalam menghadapi kehidupan di sekolah maupun di masyarakat. 

Mewujudkan pembelajaran berbasis minat dan gaya belajar (learning style) mencakup kegiatan merancang pembelajaran bersama siswa, melaksanakan pembelajaran, mengakhiri pembelajaran, mewujudkan peran guru sebagai motivator, dan guru sebagai fasilitator dalam pembelajaran. Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk melejitkan kemampuan siswa dalam menghadapi permasalahan secara cepat dan akurat dengan cara mengembangkan ketrampilan bertanya dan ketrampilan melakukan penelitian yang akan melahirkan temuan-temuan baru yang bermanfaat untuk dirinya maupun untuk orang lain. 

Mengembangkan kompetensi guru melalui coaching mencakup kegiatan : menentukan sasaran pengembangan kualitas guru, pemetaan kualitas guru, strategi pengembangan kualitas guru, penilaian kinerja, dan tindak lanjut. Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk mewujudkan guru yang kompeten sebagai motivator dan fasilitator pembelajaran sehingga guru dapat menjadi sumber inspirasi perubahan mutu pendidikan dari kelas. 

Mengembangkan kurikulum sesuai tujuan sekolah mencakup kegiatan: menentukan komponen pengembangan kurikulum, strategi pengembangan kurikulum, keterlibatan fihak terkait dalam pengembangan kurikulum, menyelaraskan komponen kurikulum dengan tujuan sekolah, dan mewujudkan pembelajaran sesuai dengan tujuan sekolah. Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk memastikan bahwa kurikulum yang dikembangkan oleh sekolah sesuai dengan konsep pendidikan, konsep pengembangan kurikulum, serta selaras dengan tujuan dan jaminan mutu sekolah. 


Berdasarkan penelitian tentang efektivitas pendidikan, dinyatakan bahwa sebenarnya membangun kualitas manusia itu berakar pada efektivitas pembelajaran yang terjadi di kelas. Efektivitas pembelajaran dipengaruhi oleh strategi pembelajarn yang digunakan oleh guru. Pemilihan strategi pembelajaran pada dasarnya berakar pada cara pandang tentang anak dan cara pandang tentang pembelajaran. Cara pandang tentang anak, apakah anak dianggap sebagai organisme yang aktif atau pasif. Selanjutnya cara pandang tentang anak tersebut berdampak pada pandangan tentang proses pembelajaran, apakah proses pembelajaran dianggap sebagai proses transformasi ilmu pengetahuan, mengubah perilaku anak, atau mengembangkan potensi anak. 

Menurut konsep Agama setiap manusia lahir dalam keadaan Fitrah (Suci) artinya oleh Allah manusia telah diciptakan dalam keadaan sempurna dengan segala potensi baiknya yang siap untuk dikembangkan. 

Berbagai penelitian menunjukkan bahwa jumlah sel otak manusia sampai dengan usia enam tahun rata-rata telah berkembang menjadi satu juta miliar. Heimberg berkesimpulan bahwa otak manusia yang canggih tersebut rata-rata baru dapat dimanfaatkan sekitar 5% saja dalam menghadapi kehidupan ini. Menurut Masaru Emoto: Setiap orang memiliki potensi yang sangat dahsyat yang siap untuk dikembangkan menjadi prestasi tanpa batas melalui pengalaman belajar yang berkualitas. Menurut Shinichi Suzuki: Setiap orang memiliki bibit bakat yang luar biasa. Bakat ini akan terwujud jika seseorang berada dalam proses pendidikan yang bermartabat. Gardner: menyebut manusia memiliki potensi yang sangat besar bila dikembangkan dengan pengalamaman belajar yang terarah. Potensi ini disebutnya sebagai Multiple Intelligences (kecerdasan majemuk). Maxwell Maltz: Menyebutnya potensi dasar itu sebagai citra diri. Tidak ada yang istimewa yang pernah dicapai kecuali oleh mereka-mereka yang berani percaya bahwa ada sesuatu di dalam dirinya yang lebih unggul dibanding keadaan. Guy Claxton menemukan potensi dalam diri manusia yang sangat dahsyat yang dapat menjadi bekal hidup sukses dan disebutnya sebagai learning power (kapasitas belajar) 

Berdasarkan pandangan tentang potensi dasar manusia tersebut dapat dikatakan bahwa tugas pendidikan yang sebenarnya adalah mengembangkan potensi anak. Salah satu peneliti di bidang pengembangan potensi dasar manusia (Prof. Guy Claxton, dari Bristol University) berkesimpulan bahwa dalam diri setiap anak ada potensi besar yang siap untuk dikembangkan yang diberi nama learning power dengan memberikan pengalaman belajar berkualitas, sehingga kegiatan pembelajarannya disebut dengan membangun kapasitas belajar (building learning power) selanjutnya disingkat MKB.

MKB adalah suatu gagasan, suatu konsep, suatu model, suatu kerangka. Suatu penyelidikan untuk meningkatkan kemampuan pelajar untuk dapat belajar dengan baik secara nyata. Pengertian belajar dalam kontek MKB adalah penyesuaian diri terhadap situasi baru dimanapun pelajar berada. Pada intinya MKB mempunyai 4 aspek bagi siswa yang ' baik' dalam belajar. Empat kapasitas belajar tersebut adalah: Resilience (ketangguhan), Resourcefulness (kecerdasan), Reflectiveness (kecerdikan), dan Reciprocity (kemandirian & kerjasma). Di ICM diperkuat dengan kekuatan akhlaq sehingga secara utuh dikenal dengan konsep 5K (ketangguhan, kecerdasan, kecerdikan, kemandirian, dan kekuatan akhlaq) 

Ketangguhan mengandung konsep tentang kondisi pelajar yang siap, rela dan mampu terus belajar. Ketangguhan disusun oleh empat komponen : (1) Tekun , untuk belajar dengan baik, pelajar telah lebih dulu terlibat dengan obyek pelajaran dan memelihara perhatian tanpa bermaksud menguasai, (2)Mengelola gangguan, ada sejumlah hal dapat menimbulkan gangguan, seperti rasa lapar, kecemasan, dan kelelahan. MKB bertujuan untuk membantu pelajar menjadi sadar akan sumber gangguan yang mungkin dan bagaimana mereka dapat menguranginya, (3)Perhatian, pelajar yang baik adalah trampil dalam memperhatikan. Mereka mempunyai suatu kemampuan untuk memperhatikan hal yang penting secara detil, (4)Usaha keras , ciri ini secara sederhana menuju ke suatu kemampuan pelajar untuk memahami bahwa sesuatu tidak datang dengan mudah dan bahwa sesuatu kesulitan pada umumnya berhadiah sukses pada akhirnya. 

Kecerdasan mengandung konsep tentang kondisi pelajar yang siap, rela dan mampu belajar dalam cara yang berbeda. Kecerdasan tersusun oleh lima komponen : (1) Keingintahuan, dalam hal ini pelajar yang baik mempunyai kemampuan untuk bertanya secara baik dan bekerja secara spesifik, (2) Membuat hubungan, pemikiran di sini adalah pelajar yang baik bisa membuat hubungan antara yang telah mereka ketahui dengan pengalaman baru, (3)Imajinasi, pelajar yang baik bisa melihat cara berfikir yang berbeda. Mereka menggunakan imajinasinya untuk mendukung pelajaran dengan membuat skenario dalam pikiran mereka dengan jalan menghubungkan gambaran itu kepada pelajaran mereka, (4)Penalaran, penelitian menyatakan bahwa pendidikan menengah belum seluruhnya sukses dalam mengembangkan kemampuan siswa untuk berpikir secara logis di dalam kehidupan nyata, (5)Sumber daya, secara sederhana, pelajar yang baik terbiasa dan nyaman dengan penggunaan sejumlah sumber daya pada penyelesaian untuk menopang belajar mereka.

Kecerdikan mengandung konsep tentang kondisi pelajar yang siap, rela dan mampu menjadi lebih strategis dalam belajar. Kecerdikan tersusun oleh empat komponen : (1)Perencanaan, pelajar yang baik mengatur proses belajar dengan serangkaian teknik, seperti membuat stok suatu masalah, mengukur sumber daya yang tersedia, membuat suatu perkiraan waktu belajar yang akan diambil, dan mengantisipasi permasalahan atau rintangan yang muncul, (2)Meninjau ulang, pelajar memiliki harapan yang tak diduga. Oleh karena itu, pelajar yang baik memiliki kemungkinan untuk berubah arah jika diperlukan, (3)Menyaring, ini melibatkan berpikir tentang pengalaman sendiri maupun dalam diskusi dengan orang lain, dan melihat pelajaran secara penuh atau generalisasi, hal itu dapat bermanfaat untuk diterapkan dalam situasi baru, (4)Meta belajar, ini adalah perluasan dari menyaring. Ini adalah suatu proses pelajar yang baik menuju pembicaraan secara konstruktif tentang proses belajar dan untuk membicarakan bagaimana pekerjaan belajar. 

Kemandirian, mengandung konsep tentang kondisi pelajar yang siap, rela dan mampu belajar sendiri atau dengan orang lain. Pelajar yang baik mempunyai kemampuan untuk mendengarkan, mengambil giliran dan memahami sudut pandang orang lain. Kemandirian tersusun oleh empat komponen: (1)Saling ketergantungan, pelajar yang baik mengetahui bagaimana cara mengatur keseimbangan antara saling berinteraksi dan sendiri dalam belajar, (2)Kerja sama, ini yang disarankan secara nyata - menjadi mampu bekerja berpasangan atau dalam kelompok dalam suatu skenario di mana tak seorangpun mengetahui semua jawaban, (3)Empati dan Mendengarkan, ketrampilan mendengar yang baik dapat diajarkan, tetapi ini adalah bagian penting dari wajah pelajar yang baik, (4)Peniruan, kita belajar dengan mempelajari dari yang lain. Jika kita melihat seseorang mengerjakan sesuatu yang baik kita mengenali ini. 

Kekuatan Akhlaq mengandung konsep tentang kondisi pelajar yang siap, rela dan mampu mengembangkan ketertiban, kepedulian, dan kesantuan. Pelajar yang baik mempunyai kemampuan untuk berlaku tertib misalnya tertib waktu, tertib penampilan, tertib ibadah dan sebagainya. Peduli berkaitan dengan kepedulian pada diri sendiri, orang lain, dan lingkungan. Santun mengandung makna positip dalam pikiran, perasaan, perkataan, dan perilaku. Pengajaran untuk kapasitas belajar berangkat dari suatu kepastian bahwa MKB harus ada dalam pikiran para guru, ketika mereka menjelaskan pendekatan kepada para siswa, merencanakan aktivitas mereka, menafsirkan capaian siswa, dan mempertunjukkan 5K di dalam hidup mereka sendiri. Suatu pertanyaan penting adalah " Bagaimana aku membantu mengembangkan ketangguhan, kecerdikan, kemampuan refleksi, kemandirian, dan kekuatan akhlaq dari para siswa ku dengan menjelaskan, mengomentari, mengorkestra dan modeling?" Pada intinya suatu kerangka bagaimana tutor dapat secara baik berkomunikasi, mendiskusikan, mendorong, menekankan, menyediakan, memimpin, mengatur dan akhirnya memberi pengajaran para siswa mereka bagaimana cara membangun kapasitas belajar mereka. Proses ini disusun dari empat persyaratan: menjelaskan, mengomentari, mengorkestra, dan pemodelan. 

Menjelaskan, menyampaikan kepada para siswa secara langsung dan dengan tegas tentang kapasitas belajar. Di dalam menjelaskan ada empat kegiatan yang dilakukan: (1)Memberitahu, para siswa harus mengetahui apa kapasitas belajar. Para siswa harus mengetahui apa yang dimaksudkan oleh guru tentang nilai-nilai, (2)Mengingatkan, guru harus selalu mengingatkan kepada siswa tentang apa MKB dan apa yang menjadi prioritas, (3)Mendiskusikan, guru yang baik mendorong siswanya untuk mendiskusikan MKB, intisarinya dan mempertanyakannya, (4)Pelatihan, seperti halnya menjelaskan dan mendiskusikan MKB, guru adalah wajah untuk isyarat manfaat, teknik dan tips yang mereka lakukan untuk para siswa. 

Mengomentari, menyampaikan pesan tentang kapasitas belajar melalui pembicaraan informal dan evaluasi informal dan formal. Di dalam mengomentari ada empat hal yang dapat dilakukan: (1)Menyentuh, setelah para siswa menghadapi tantangan dan berminat melakukan kegiatan , guru MKB saling berhubungan dengan mereka bersama-sama, mengomentari tidak hanya pada hasil tetapi pada metoda dan proses pelajaran mereka, (2)Menjawab, bagaimana para guru bereaksi terhadap pertanyaan, gagasan dan usul yang yang diajukan siswa tentang pengaruh pengembangan kapasitas belajar dengan mantap, guru harus secara penuh menyambut kontribusi dan pertanyaan siswa, (3)Evaluasi, suatu isyarat bagi seorang siswa bahwa mereka sedang berjuang oleh karena suatu ketiadaan kemampuan dan kamu mungkin juga menertawakan untuk mencoba. (4)Menelusuri jejak, semacam penilaian kumulatif yang mendorong kepercayaan dan komunikasi dengan sesama di mana siswa dapat melihat bahwa ia sudah lebih baik. 

Mengorkestra, pemilihan aktivitas dan mengatur lingkungan. Di dalam mengorkestra ada empat hal yang dapat dilakukan: (1)Pemilihan, ini mempunyai dua aspek. Pemilihan topik untuk memberi pengajaran dan merancang aktivitas sesuai dengan topik yang diajarkan, (2)Penyusunan, seperti halnya semua pelajar yang baik, guru MKB meyakinkan bahwa para siswa menghargai niat di balik aktivitas yang mereka berikan, (3)Menentukan target, para siswa mungkin memutuskan dengan para guru membantu ke arah fokus berikutnya untuk meningkatkan disposisi dan ketrampilan mereka di dalam masing-masing dari 4R. Guru MKB dapat membantu siswa untuk mengingat-ingat target mereka di dalam berbagai cara, (4)Pengaturan, bagian ini mempertimbangkan lingkungan kelas. Lakukan gambaran dan pesan yang menguatkan perhatian dengan kapsitas belajar. Mengatur mebel yang mendorong beragam interaksi pelajaran yang benar. 

Modeling, menunjukkan apa maknanya menjadi seorang pelajar yang efektif. Di dalam modeling ada empat hal yang dapat dilakukan: (1)Bereaksi, bagaimana guru merespon ketika hal yang tak diduga terjadi di dalam kelas banyak siswa berbincang tentang kapasitas belajar para guru, (2)Pelajaran dengan tegas, ini mengacu pada kemampuan mereka untuk memberi model kepada para siswa semacam memproses pikiran ( dan emosional) bahwa pelajar itu berhasil, pada umumnya dengan diam-diam. Belajar dengan tegas peluang untuk disajikan kepada mereka dalam konteks bereaksi terhadap peristiwa tak diduga ketika terjadi pada mereka, (3)Demonstrasi, salah satu permasalahan dari sekolah konvensional bahwa menyampaikan pengetahuan kepada siswa betapapun pelajaran yang menarik telah berlangsung dan betapapun ketidak-pastian, perbedaan paham dan kegiatan mencoba-coba telah ditekan tidak dilibatkan, (4)Berbagi, guru harus menunjukkan ciri humanis mereka. Sekali pengajar mulai berpikir tentang pelajaran sebagai hal kehidupan riil yang berkesinambungan dan tidak hanya sesuatu yang memerlukan guru, buku dan kelas, mereka menemukan tidak ada kekurangan tentang sesuatu yang mungkin mereka perbincangkan.

Peningkatan kualitas pendidikan berbasis MKB ini bertujuan untuk mengembangkan potensi siswa secara utuh (kognitif, afektif, Psikomotor) tanpa batas, bahkan dapat melampaui potensi rata-rata yang diperkirakan selama ini; mengubah paradigma pembelajaran dari mentransformasikan ilmu pengetahuan menjadi pengembangan potensi manusia, karena pada dasarnya setiap orang memiliki potensi yang sangat luar biasa dan bisa dikembangkan; pada akhirnya peningkatan kualitas pendidikan berbasis MKB ini bertujuan untuk mengejar ketertinggalan Indonesia di bidang kualitas manusia terutama jika dibandingkan dengan negara-negara OECD, sehingga secara bertahap dapat meningkatkan capaian skor PISA dan HDI yang selama ini masih rendah. 

Membangun kapasitas belajar mencakup kegiatan mengembangkan visi pribadi, membangun pola pikir positif, mengembangkan pengalaman belajar, mengembanngkan peran pendidik, dan membangun iklim pembelajaran yang rileks, suasana kebersamaan, adanya tantangan, perilaku reflektif, pengembangan tanggung jawab pribadi, pengembangan perilaku sosial, dan TRUST dalam lingkungan warga sekolah.
Advertisement


EmoticonEmoticon

 

Start typing and press Enter to search