Ketika Joko Anwar Tak Berkutik Diskusi MRT dengan Arsitek Perempuan

- Januari 12, 2017

Apa jadinya jika sutradara kalah debat dengan arsitek? Hal ini yang terjadi antara sutradara Joko Anwar dan arsitek Elisa Sutanudjaja. Sutradara yang juga pendukung berat penista agama Basuki Tjahaja Purnomo (Ahok) itu menilai mass rapid transit (MRT) Jakarta berhasil ketika masa Ahok memimpin. 

"MRT Jakarta ini udah dicanangkan sejak 1986, tapi baru dibor sejak September 2015. Jalur Lebak Bulus - HI ini udah 62% selesai!" ucap sutradara Janji Joni itu melalui akun Twitter, Kamis (12/1/2017). 

Adanya pernyataan tersebut, Elisa menganggap bahwa itu terletak pada peraturan pemerintah tahun 2010. 

"Iya, karena sebelum dibor: Jakarta perlu ganti Peraturan Pemerintah di 2010, bentuk PT, buat Perda, bikin AMDAL, dll. Nggak langsung panggil mesin bor.  Dipikirnya MRT sesederhana soal mesin bor?" tantang Arsitek.

Elisa menilai salah satu sebab kenapa selesainya MRT mundur terus, karena Jakarta belum punya Perda Ruang Bawah Tanah. "Yang parah dari ‘pembangunan berbasis populisme foto’ itu ya akibatnya simplifikasi proses-proses pembangunan," ujarnya.


Joko memperlihatkan bahwa jalur Hotel Indonesia (HI) - Lebak Bulus hanya awal dari rangkaian pembangunan MRT Jakarta. "Semoga bisa lanjut, ya. Kalau nggak diganti wkwk!" ujarnya.

Pembingkaian (framing) Joko tersebut dinilai salah besar oleh Elisa, "Ini framing salah!MRT Jakarta itu adalah proyek bersama pemerintah nasional dan pemprov, pinjaman The Japan Bank for International Cooperation (JBIC). Pasti akan jalan siapapun gubernurnya!" ungkapnya.

"Ohhh nggak peduli siapa gubernurnya ya? Dapat salam dari tiang monorel depan PS (Plaza Senayan) dan Kuningan!" kata sutradara yang diisukan penyuka sesama jenis itu.

Elisa menganggap bahwa monorel bukan proyek nasional.  "Monorel itu bukan proyek nasional. Dan ujug-ujug ada TANPA analisa bahkan Pola Transportasi Makro, dilaksanakan sebelum ada pembiayaan yang benar. MRT Jakarta disiapkan dan diselesaikan pondasi hukum dan pembiayaannya sebelum mesin bor masuk! Kok samakan dengan monorail si proyek ujug-ujug?" cetusnya.

Ia menyarankan untuk para buzzer Pilkada DKI jika berkicau tentang infrastruktur Jakarta: pahami dulu benar-benar isunya. "Jika TIDAK paham, jangan nambah-nambah asumsi sendiri!" ungkapnya. [Paramuda/BersamaDakwah]
Advertisement


EmoticonEmoticon

 

Start typing and press Enter to search