John Fontain: Saya Mendakwahi Muslim dan Non Muslim

- Maret 25, 2017


John Fontain (kiri) (islamconverts)



Berdakwah adalah tugas setiap muslim sesuai dengan kesanggupannya masing-masing. Jika dakwah itu disampaikan oleh dai kondang, maka itu dianggap lumrah. Namun, jika dakwah itu disampaikan oleh orang yang baru masuk Islam, maka itu bisa kita katakan luar biasa.

Hal ini dilakukan oleh salah seorang mualaf berkebangsaan Inggris, John Fontain, seperti yang dia tuturkan dalam sebuah acara Tabligh Akbar.

Setelah memeluk agama Islam, saya berdakwah kepada orang-orang non muslim agar masuk Islam. Begitu juga, saya mendakwahi orang Islam untuk menyadarkan mereka tentang Islam itu sendiri,” ujarnya di Masjid Darussalam Kota Wisata, Sabtu (25 Maret 2017).

Dalam acara yang diselenggarakan Masjid Darussalam bekerja sama dengan Rabithah Al-Alamiyyah li At-Ta’lim wa Ad-Dakwah itu, John Fontain menceritakan kehidupan awalnya yang menganut agama Kristen.



Sebelumnya, ujar John, dia adalah penyanyi jazz. Namun, sekarang profesi itu telah dia tinggalkan. John menemukan Islam semenjak bekerja di sebuah organisasi sosial di Sierra Leone, Afrika Barat.

Ia juga menceritakan awal waktunya memeluk agama Islam sekitar 8 tahun lalu.

“Satu ketika, saya pergi ke Mesir menemui teman saya dan ingin masuk sebuah masjid. Saya meminta teman saya untuk mengajari saya shalat,” kata John.

Namun, lanjut John, temannya itu melarangnya karena itu tidak boleh dilakukan oleh non muslim. Lalu dia meminta temannya itu untuk menyebutkan syaratnya.

“Kata teman saya, syaratnya adalah masuk Islam dengan mengucapkan dua kalimat syahadat. Maka saya setujui, lalu masuk Islamlah saya,” tutur John.

Dalam kesempatan tersebut, John juga menyampaikan nasihat kepada jamaah yang hadir bahwa umat Islam ini ibarat satu tubuh.

“Ada ada yang miskin ada pula yang kaya. Ada yang menjalankan agama dengan baik ada yang tidak. Tugas kita adalah harus menunjukkan kepada semua manusia bahwa Islam adalah rahmat bagi semesta alam,” ujarnya.

John Fontain sendiri tidak suka publikasi yang berlebihan. Selama acara, dia meminta tidak ada audiens yang memfoto dan merekam pembicaraannya, baik dalam bentuk suara maupun video, baik dengan telepon seluler maupun dengan alat perekam lainnya.

Alasannya, dokumentasi berlebihan menyebabkan seseorang lupa untuk berinteraksi dengan lingkungannya.

“Jika Anda ingin bertemu dengan saya, silakan langsung bertemu saja. Satu atau dua kali foto itu sudah cukup. Lebih dari itu tidak baik,” tandasnya kepada sejumlah awak media yang hadir.

[Abu Syafiq/BersamaDakwah]
Advertisement


EmoticonEmoticon

 

Start typing and press Enter to search