KH. Cholil Ridwan: Ada Masjid Dhirar, Ada Masjid Mubazir

- Maret 11, 2017
KH. Cholil Ridwan, Lc (istimewa)

Masjid adalah tempat ibadah umat Islam. Sejatinya, masjid yang dibangun pada masa sekarang mesti mengikuti tuntunan yang diajarkan oleh Rasulullah Shalllallahu Alaihi wasallam pada saat beliau masih hidup dan diterapkan oleh para khalifah sepeninggal beliau.

Menurut salah seorang ulama kondang negeri ini, KH. Cholil Ridwan, Lc, tujuan didirikannya masjid harus berdasarkan takwa dan untuk ibadah beribadah kepada Allah Ta’ala dan menjadi pusat kegiatan umat Islam dari berbagai sisinya.

“Jika tidak dibangun atas  dasar takwa disebut masjid dhirar (berbahaya),” ujar mantan ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) itu di sebuah pengajian di Bogor, Jawa Barat.

Kyai Cholil juga mengatakan, jika ada masjid yang dibangun untuk kepentingan politik tertentu oleh non muslim, maka dia tidak mau memvonis secara langsung bahwa itu masjid dhirar, karena perlu pendalaman hukum tentang hal tersebut.


“Saya tidak mau mengatakannya sebagai masjid dhirar, tapi masjid itu sudah jelas masjid yang tidak dibangun atas dasar takwa,” tuturnya.

Di samping masjid dhirar, kata Kyai Cholil, ada pula masjid mubadzir.

“Di sebuah daerah, ada dua masjid besar yang terletak sangat dekat yang dipisahkan hanya oleh jalan. Ini kan namanya mubazir,” tegasnya.

Salah satu indikasi masjid tersebut mubazir adalah jamaah yang menghadiri shalat berjamaah 5 waktu sangat sedikit.

Contoh lain, kata Kyai, ada masjid besar di sebuah daerah yang dibangun di tengah sawah.

“Masjidnya besar, menaranya dua, namun yang shalat berjamaah hanya dua shaf,” katanya.

Oleh karena itu, Kyai Cholil Ridwan, kembali menekankan bahwa mendirikan masjid harus diniatkan ikhlas karena Allah dan sesuai dengan tuntunan Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam, sehingga tidak menjadi dhirar (berbahaya) dan mubazir.

[Abu Syafiq/BersamaDakwah]
Advertisement


EmoticonEmoticon

 

Start typing and press Enter to search