"Apakah Kalau Warga NTT yang Mayoritas Nasrani Pilih Pemimpin Nasrani Berarti Tak Bhineka?"

- April 10, 2017
Budaya dan Pariwisata Nusa Tenggara Timur-NTT. Ilustrasi: Vebma
Video kampanye pasangan calon gubernur Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) dan cawagub Djarot Saiful Hidayat dinilai menyudutkan umat Islam. Wasekjen Majelis Ulama Indonesia (MUI), Ustadz Tengku Zulkarnain meminta Komisi Pemilihan Umum (KPU) dan  Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) menarik iklan kampanye tersebut.

"Apa maksud video tersebut. Apakah orang Islam digambarkan sebagai orang jahat?" kata Ustadz Tengku Ahad (9/4).

Iklan tersebut, kata dia, justru jauh dari nilai kebhinekaan yang digaungkan oleh pasangan Ahok-Djarot. Perlu digarisbawahi dalam UUD 45 Pasal 28 E Setiap orang bebas memeluk agama dan beribadat menurut agamanya, memilih pendidikan dan pengajaran, memilih pekerjaan, memilih kewarganegaraan, memilih tempat tinggal di wilayah negara dan meninggalkannya, serta berhak kembali.

Ia mengatakan bahwa berdasarkan undang-undang tersebut, maka setiap WNI berhak menjalankan hidup sesuai agamanya. Termasuk dalam memilih pemimpinnya.

Dalam Islam, lanjutnya, di Alquran dan hadits disebutkan umat Islam harus memilih pemimpin sesuai dengan agamanya. "Makanya bahaya sekali kalau menafsirkan Bhineka itu berarti membuang agamanya," ujarnya.

Oleh karena itu iklan kampanye ini berbahaya sekali.  Ia mencontohkan apabila warga Manado yang mayoritas Nasrani kemudian memilih pemimpin Nasrani berarti tidak Bhineka.

"Apakah kalau warga NTT yang mayoritas Nasrani memilih pemimpin Nasrani berarti tak Bhineka. Makanya kampanye ini menyesatkan makna Bhineka. Oleh karena itu saya meminta agar KPU dan Bawaslu menarik iklan kampanye ini," tegasnya seperti dilansir Republika. [Paramuda/BersamaDakwah]
Advertisement


EmoticonEmoticon

 

Start typing and press Enter to search