Kisah di Balik Pemuda Millenial yang Tilawah di Ranu Kumbolo

- Juli 14, 2017
Mujahid
Namanya Mujahid. Usianya baru 20 tahun. Pada bulan Syawal ini ia mendaki gunung Semeru, Malang Jawa Timur. Di tengah perjalanan mendaki, ia mendapatkan cobaan. Kakinya kena gangguan. Terkilir. Tentu saja ia mengalami kesulitan untuk berjalan. Pincang.

Di Ranu Kumbolo, Mujahid meminta kepada teman-teman rombongannya untuk istirahat sesaat. Lalu, ia meminta diri untuk tidak lanjut lagi menanjak ke Kalimati. Namun temannya, Abdurrahman, meyakinkannya bahwa ia harus menanjak hingga Kalimati agar bisa bersama teman yang lain.

Di tengah kesulitan menanjak, mendadak ia mendapatkan pertolongan. Mujahid diberikan tongkat oleh seorang pria bertubuh tinggi besar. Pria bule itu adalah traveller dari India. Namanya Santos. Profesi Santos dalam sehari-hari adalah pilot untuk pesawat charteran pribadi. Ia lancar berbahasa Indonesia karena memang sudah sering keliling Indonesia. Setelah memberikan tongkat, Santos minta izin untuk mendaki duluan.

Setelah menginap satu hari satu malam, Mujahid turun bersama rombongannya. Ia tidak ikut menanjak hingga puncak Mahameru. Namun ia masih keinginan untuk tilawah di Semeru. Dan keinginan itu terwujud ketika bermalam di Ranu Kumbolo. Ketika matahari pagi beranjak naik, ia segera tilawah di atas batu besar tidak jauh dari danau Ranu Kumbolo. Momen itu ia abadikan melalui ponsel temannya.

Bagi seorang Mujahid, mendaki gunung bukan sekadar persoalan merayakan travelling, melepaskan penat, mencari kebahagiaan dan berswafoto. Namun bertafakur alam, mentadabburi ciptaan Allah SWT. Salah satu bentuk tafakur itu adalah dengan tilawah. Pemuda yang hafal Alquran itu pun murajaah QS. Al-Hasyr  18-24. [ @paramuda /BersamaDakwah]

Berikut video tayangannya.




Advertisement


EmoticonEmoticon

 

Start typing and press Enter to search