Kisah Mengharukan di Balik Para Pegawai Pajak Tilawah Bersama

- September 20, 2017
, Lihat mahasiswa atau peserta aksi kemanusiaan tilawah mungkin sudah biasa. Bagaimana jika pegawai pajak melakukan tilawah bersama?

Pemandangan inilah yang difoto dan diceritakan oleh pegawai pajak Agus Fredy Muthi'ul Wahab melalui akun jejaring sosialnya pada Rabu (20/9/2017).

Berikut kisahnya:

Sekelompok pegawai berseragam biru memenuhi sebuah musholla kecil di sebuah kantor, siang ini. Beberapa dari mereka memegang gawai. Beberapa yang lain memegang Al Quran berbagai ukuran. Suara orang mengaji bersahut-sahutan. Mengalun dengan irama yang tak sama, namun berpadu menjadi enak didengar. Merdu, seperti suara kawanan lebah. Yang memegang gawai pun, tak sedang bermain atau bercengkerama di dunia maya. Mereka turut larut dalam bacaan ayat-ayat suci yang muncul di layar gawainya.

Hari ini, tercatat 365 unit kerja Direktorat Jenderal Pajak dari Aceh sampai Papua melaksanakan #PajakBertilawah. 365 unit kerja, 365 kelompok pembaca Al Quran, 365 kali khatam Quran dalam waktu satu hari. Ah, saya jadi teringat sabda Kanjeng Rosul Muhammad. "Barangsiapa membaca satu huruf Al Quran," kata beliau, "baginya satu pahala kebaikan & satu pahala kebaikan akan dilipat gandakan menjadi sepuluh kali."

Anda tahu berapa jumlah huruf dalam Al Quran? Ibnu Katsir menyebutkan jumlah 370.170 huruf. Satu huruf satu kebaikan dan akan digandakan 10 kali. 3.701.700 kebaikan dalam setiap Quran yang dikhatamkan. 365 unit kerja yang mengkhatamkan Quran: 1.351.120.500 kebaikan dalam satu
hari. Sejuta kebaikan.

Demi apa? Demi 'mengetuk langit'. Dengan beban lebih dari 70% pendapatan negara diletakkan di atas pundak kami, tidak ada yang bisa kami minta pertolongan kecuali Allah Yang Maha Perkasa. Agar Allah memberikan kekuatan dan keberkahan kepada DJP dan Indonesia ini.

, Agar target penerimaan bisa tercapai? Tentu kami sangat ingin itu tercapai. Tapi duhai, mengingat betapa lemah iman kami, betapa banyak sekali hal yang perlu diperbaiki dari kerja dan usaha kami, rasanya malu untuk langsung menyebut keinginan sedetail itu. Kami hanya ingin
saling berangkulan, mendekat-dekat kepada Pemilik Rizki. Agar ketika target kami tercapai, kami tak jadi sombong dan menganggap itu semua hasil jerih kami semata.

"Tahun lalu kita santunan dan penerimaan langsung tercapai, pak, insya Allah tahun ini kita khataman dan santunan maka akan tercapai" ujar kami kepada Ketua Takmir Musholla kami.

"Tapi jangan begitu," ujar beliau dengan mimik yang berubah.

"Bisa jadi, tercapainya target tahun lalu karena doa orang-orang sebelum kita. Belum tentu sedekah kita diterima. Belum tentu juga doa-doa kita langsung dijawab cash oleh Allah. Yang kita inginkan adalah Ridlo-Nya. Bukan yang lain"

Ah, benar. Belum tentu semua bacaan kami benar-benar ikhlas mengharap ridlo Allah. Belum tentu semuanya diterima dan tak tercampur dengan niat-niat dunia. Tapi kami hanya ingin bersandar kepada Yang Maha Pemberi, agar terkabul hajat kami. Karena hajat kami, adalah hajat Indonesia. Agar mampu mandiri, dan agar lebih sejahtera lagi.

Advertisement


EmoticonEmoticon

 

Start typing and press Enter to search