Ruh yang Meraung-raung Kesakitan

- Januari 01, 2018

Selamat Tahun Baru....




Waktu berlalu begitu cepat,
menipu kita yang terlena,
Belum sempat berdzikir diwaktu pagi,
hari sudah menjelang siang.
Belum sempat bersedekah pagi,
matahari sudah meninggi.

Niat jam 9 pagi hendak sholat dhuha,
tiba tiba adzan zuhur sudah terdengar.
Teringin membaca 1 juz alquran,
menambah haafalan 1 hari1 ayat,
Itupun tidak dilakukan.

Rencana untuk tidak melewatkan malam,
menghabiskan malam kecuali dengan tahajud dan witir, walau hanya dengan 3 rakaat,
Semua tinggal angan-angan.

Beginikah seterusnya nasib hidup menghabiskan umur,
sekedar bersenang-senang dengan usia.
Lalu tiba tiba, menjelmalah usia di angka 30,
sebentar kemudian 40, tidak lama terasa menjadi 50.
Dan orang mulai memanggil kita dengan sebutan kakek, atok, nenek, opah.
Menandakan kita sudah tua.

Lalu sambil menunggu sakratul maut tiba,
diperlihatkan catatan amal yang kita pernah buat.
Astaghfirullah, ternyata sedekahku tidak seberapa.


Dan infaqku cuma sekadarnya saja.
Mengajarkan ilmu tidak pernah ada.
Silaturahim tidak pernah dijalin.

Lantas, apakah ruh ini tidak akan meraung, menjerit menahan kesakitan ketika berpisah dari tubuh,
ketika sakratul maut.
Tambahkan usiaku ya Allah, ...aku memerlukan waktu lagi, lagi dan lagi....
Untuk beramal sebelum Engkau akhiri ajalku.

Belum cukupkah kita menyia-nyiakan waktu?
selama 30, 40,50 atau 60 tahun...
Perlu berapa tahun lagikah untuk mengulang pagi, mengulang siang mengulang petang dan malam.
Perlu berapa minggu, berapa bulan berapa tahun lagi.
Sampai kita benar-benar siap untuk mati.
Padahal kita tak pernah merasa rugi kehilangan waktu untuk amal ibadah dan pahala,
Maka seribu tahun pun tak akan pernah cukup bagi orang-orang yang terlena.

Buya Hamka.


Advertisement


EmoticonEmoticon

 

Start typing and press Enter to search