Alasan Makhorijul Huruf, Rektor UIN Surabaya Larang Cadar di Kampusnya

- Maret 09, 2018
nst.com.my
UIN Sunan Kalijaga ternyata tak sendiri, Rektor Universitas Islam Negeri Sunan Ampel (UINSA) Surabaya Prof Abdul A'la  menyebutkan telah melarang mahasiswi mengenakan cadar saat proses belajar di kampus.

"Sudah sejak dua tahun yang lalu, saya minta kepada para dekan agar memberi perhatian bagi mahasiswi yang mengenakan pakaian tidak biasa seperti yang ketat dan bercadar tidak boleh," ujarnya pada Rabu (7/3/2018).

Pelarangan mahasiswi bercadar, kata dia, karena dari sisi komunikasi tidak efektif khususnya saat belajar bahasa. Dosen memerlukan komunikasi verbal dalam pengajaran bahasa atau perlu melihat gerak mulut untuk mengucapkan makhorijul huruf.

"Dari sisi komunikasi tidak efektif, terutama saat belajar Bahasa Arab, dosen kan perlu melihat gerakan mulut saat mahasiswi mengucapkan makhroj," katanya.

Pakaian bercadar, menurutnya, bisa disalahgunakan, misalnya saat pinjam buku di perpustakaan bisa disalahgunakan mengaku orang lain.

Dalam ajaran Fiqih Empat Madzhab (Imam Syafi'i, Maliki, Hanafi, dan Hambali) dinyatakan, kata dia, bahwa wajah bukan termasuk bagian dari aurat yang harus ditutupi.

Perempuan bercadar, katanya, tidak boleh dijustifikasi sebagai seseorang penganut radikalisme.

"Ini tidak ada kaitannya dengan radikalisme. Bercadar tidak bisa langsung disimplifikasi (disederhanakan) sebagai penganut Islam radikal," katanya seperti dilansir Suara Surabaya.

Terhadap masalah ini dia mengaku cukup hati-hati. Penanganan dilakukan secara persuasif dan mengedepankan dialog, seperti menyediakan konseling bagi yang berpakaian bercadar maupun yang berpakaian ketat.


Advertisement


EmoticonEmoticon

 

Start typing and press Enter to search