Mahasiswi Misterius dan Pertanyaan Mengapa Bibir Ustaz Somad Seperti Bibir Perokok

- Mei 24, 2018
Ustaz Maaher (kiri) bersama Ustaz Abdul Somad. Dok: Pojoksatu
Ada banyak pengalaman unik yang dialami Ustaz Abdul Somad saat ikut tes sebagai dosen; mulai dari kemunculan seorang mahasiswi misterius yang berusaha menghilangkan konsentrasinya ketika menjalani tes mengajar, bertemu orang aneh yang mempertanyakan bibirnya yang hitam saat menjalani tes kesehatan hingga bertemu profesor berjuluk 'Killer' alias pembunuh.

Berikut kutipan cerita Ustaz Somad dari sebuah kajian:

"Tes pertama seleksi berkas. 'Pak, saya cocok tak jadi dosen?'. 'Pak, kalau bapak ikut tes dosen, harus S2'. Dia enggak yakin saya S2. Saya buka tas saya, tunjukan ijazah saya, ini ijazah S2. Dia buka, dia lihat satu-satu. 'Apa ini?'. Karena isinya tulisan Arab semua. Akhirnya setelah dia baca, dia lihatkan ke atasannya, dia terima.

Ada satu lagi pak yang kurang'. 'Apa?'. 'Surat keterangan sehat' saya pergi ke puskesmas. 'Om saya mau urus surat keterangan sehat'. 'Untuk apa?'. 'Untuk tes dosen'.

Keluar lah perawat dari dalam, dia bawa alat kecil warna hitam, diperiksa jantung, jantung saya berdebar terus. Akhirnya diperiksa, sehat. Saya mau pulang ke kampus, saya tarik itu surat keterangan sehat, dia tarik juga. Ternyata bayar dulu. Akhirnya saya ambil duit Rp25 ribu.

Lalu saya kembali ke kampus. 'Bapak memang sehat, tapi masih ada yang kurang, surat keterangan baik'. Masa orang seperti saya ini teroris, dia bilang saya ekstrem, siapa bilang saya ekstrem, saya es krim.

Akhirnya keluar surat keterangan baik dan kembali ke kampus. Saya sudah lulus, tapi jangan senang dulu, ternyata baru seleksi berkas. Masih ada tes selanjutnya, tes 200 soal.

Banyak betul, 200 soal dengan waktu hanya 2 jam. Saya pun masuk ke ruangan, 50 soal bahasa Arab, 50 soal bahasa Inggris, selesai. 100 soal tes potensi akademik.

Walaupun sulit, akhirnya selesai, saya keluar ruangan. Teman-teman saya pada pegang kepala. Saya tanya 'ente kenapa?'. 'Saya enggak bisa jawab semuanya, waktunya habis'.

Akhirnya keluar pengumuman 'yang lolos tes seleksi tes 200 soal, Abdul Somad'. Lulus, lalu saya tanya, 'bagaimana, saya sudah bisa jadi dosen?'. 'Belum Abdul Somad, masih ada tes mengajar'.

Karena banyak orang berilmu, nulis hebat, nyampaikan di depan orang banyak enggak bisa. Ketika ngomong di depan orang banyak gemetar. Maka dibuatlah lokal jebakan, di dalam ada 20 orang, ada tim pengawas, ada tim penilai, ada tim pemantau.

Saya pun masuk ke dalam, dia kira saya takut dengan 20 orang, saya kan biasa kutbah Jumat. Saya masuk ke dalam 'Assalamualaikum, gimana kabarnya mahasiswa mahasiswi sekalian? sehat semuanya? pagi ini saya akan menjelaskan hadis, karena kebetulan saya dosen hadis. Gimana kira-kira paham semua?'.

Ada satu mahasiswi, saya yakin ini sudah diseting. Ada satu mahasiswi kayaknya mau buat saya grogi, dia melihat saya terus, saya pura-pura enggak lihat saja, tiba-tiba saya lihat lagi, dia melihat terus, akhirnya saya ginikan (sambil mengedipkan sebelah mata). Teet, waktu habis, saya keluar. Pengumuman, yang lulus tes mengajar Abdul Somad.

Ternyata ada tes lagi, dan ini tes yang terberat. Yaitu berjumpa dengan guru besar, profesor. Gimana bentuk guru besar itu, ternyata guru besar itu sama dengan guru, cuma besar memang, besok datang jam tujuh tiga puluh.

Akhirnya saya masuk dan bertemu lalu saya diminta untuk memaparkan visi misi saya menjadi dosen. Universitas Islam Negeri Sultan Hasyim Syarif Riau. Saya berjanji setelah lulus saya akan menulis buku, dan itu saya buktikan.

Ternyata belum selesai, setelah itu saya masuk ke sebuah ruang satu lagi. Saya masuk, ini orangnya aneh, saya masuk, dia diam saja. pakai kacamata, kacamatanya turun ke bawah, dia melihat dari balik kacamatanya. Dalam hati saya 'kacamata ada kok enggak dipakai ya'. Cuma saya takut ngomong, nanti gara-gara itu enggak lulus.

'Coba anda putar ke kanan, putar ke kiri. Ternyata anda tidak cacat'. Ternyata dia sedang tes kesehatan fisik. Lalu dia bertanya lagi, 'Anda merokok?'. 'Tidak pak'. 'Serius tidak merokok?'. 'Tidak'. 'Kenapa bibir anda hitam?'. 'Saya hitam, ya bibirnya hitam. Masa orang hitam bibirnya putih. Ah bapak ada-ada aja'.

Ini yang terakhir, Killer. Kill bunuh, killer pembunuh. Wow. Gimana kalau saya ditembaknya di dalam. Akhirnya saya masuk ke dalam. Akhirnya dia tanya, dan jatuhkan mental. Tapi saya tak jatuh. Setelah semua tes selesai, tunggu pengumuman final satu bulan.

Di sinilah kecerdasan tumpul, bukan urusan kita, tapi urusan Allah, datanglah doa seorang yang doanya tak pernah ditolak Allah, siapa dia? perutnya pernah kita tumpang sembilan bulan sepuluh hari, meregang nyawa di melahirkan kita, ibu. Akhirnya saya minta doa ke ibu saya. Alhamdulillah, 2008 saya mulai mengajar.

Advertisement


EmoticonEmoticon

 

Start typing and press Enter to search