Kisah di Balik Adanya Masjid Jawa di Thailand dan Cucu KH Ahmad Dahlan

- Juli 14, 2018


Ketua Komisi Dakwah Majelis Ulama Indonesia (MUI) Cholil Nafis pernah berkunjung ke Thailad beberapa waktu lalu.

Seusai khutbah di masjid KBRI di Thailand, katanya, mengunjungi masjid Jawa yg didirikan oleh Muhammad Sholeh asal Rembang Jawa Tengah yg merantau ke Bangkok pada abad 19. awalnya tempat pengajian dan yasinan yang kemudian diwakafkan menjadi masjid dan tempat pendidikan.


"Masjid ini didirikan di atas tanah wakaf milik Haji Muhammad Saleh, perantauan Jawa pada tahun 2448 dalam tahun Thailand atau sekitar tahun 1906," katanya pada 11 Mei 2018.

Masjid tersebut berarsitektur Jawa dengan warna bangunan hijau muda dengan atap limasan berundak tiga. Jika dilihat sepintas serasa melihat Masjid Agung Kauman di Yogyakarta dalam ukuran mini. Bangunan utama masjid berbentuk segiempat ukuran 12 x 12 meter dengan empat pilar di tengah yang menjadi penyangga. Selain sisi arah kiblat, di tiga sisi lainnya terdapat masing-masing tiga pintu kayu.

Di luar bangunan utama, terdapat serambi dengan empat pintu yang terbuat dari jeruji besi.

Di bagian depan (mihrab), terdapat sebuah mimbar kayu yang dilengkapi tangga. Di kanan dan kirinya terdapat dua buah jam lonceng, juga terbuat dari kayu.

Ada dua bangunan utama yaitu masjid dan madrasah berbentuk rumah panggung dengan aneka jejeran kursi dan meja di kolong rumah. Sementara di seberang masjid ada tempat pemakaman Islam. "Interior masjid sungguh membuat saya merasa sedang berada di sebuah masjid tua di Jawa. Di samping kiri masjid terdapat prasasti peresmian masjid berbahasa Thailand," ungkapnya.

Jawa Mosque punya madrasah dengan 200-an siswa. Mereka menggelar pengajian Al Quran pada hari Minggu untuk dewasa dan anak-anak pada Senin-Jumat. Di kampung Jawa ini juga tinggal juga cucu KH Ahmad Dahlan, pendiri Muhammadiyah sekaligus tokoh Islam Indonesia. Nama sang cucu adalah Walidah Dahlan.



"Saat saya berkunjung ke masjid Jawa sempat mampir dengan Ibu Ma’rifah putri tertua pasangan dari Muhammad Irfan Dahlan (cucu Kiai Ahmad Dahlan pendiri organisasi Muhammadiyah) dan Ibu Zuhrah putri H Muhammad Sholeh, pendiri masjid Jawa asal Rembang Jawa Tengah, warga nahdhiyin," ungkapnya seperti dilansir kumparan.

Ma’rifah menjelaskan bahwa masjid itu terus berfungsi sebagai sarana keagamaan dan pendidikan. Ada pelajaran bahasa Indonesia di Madrasah masjid Jawa secara rutin utk terus memelihara rasa cinta Indonesia. Pengantar bahasa pembelajaran acapkali campur-campur antara bahawa Thailand, Indonesia dan Jawa.

Pengajian-pengajian masjid banyak minat menggunakan bahasa Indonesia dan Jawa utk mengenang rindu ke tanah Jawa. Tradisi masjid khas nusantara di jawa seperti beduk, pengajian dan shalawatan bahkan juga tahlilan. Terlihat suasana masyarakat sekitar Masjid seperti budaya Jawa.

 
Advertisement


EmoticonEmoticon

 

Start typing and press Enter to search