Tempo.co |
Narkoba yang mulai masuk pesantren dengan dalih vitamin yang membuat santri atau ulama tahan lama berzikir harus tetap diwaspadai ulama.
Hal tersebut dikatakan oleh Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa. Khofifah juga punya cerita tentang kiai yang memperoleh narkoba.
"Ada seorang kiai yang memperoleh narkoba tetapi diberitahu bahwa narkoba itu vitamin yang manfaatnya bisa kuat untuk berzikir lama, juga kegiatan lainnya," kata dia di Ponpes Abu Darrin Bojonegoro, Minggu.
Pada awalnya narkoba itu gratis, tetapi setelah beberapa kali kiai di pesantren itu harus membelinya. "Satu, dua, tiga kali gratis. Yang keempat ya harus beli," kata Khofifah.
Ia menyebutkan belanja masyarakat untuk narkoba mencapai Rp72 triliun. "Coba kita hitung biaya masyarakat membeli narkoba itu jadi berapa kalau dimanfaatkan membangun pondok pesantren," sambung Mensos.
Pada bagian lain Mensos meminta orang tua untuk memperhatikan anaknya ketika di rumah. Meskipun berdekatan bisa jadi anak-anak bermain-main dengan telepon pintar mengelana melihat berbagai negara di dunia, mulai Amerika Serikat, Australia dan negara lainnya, kata dia.
Terorisme sekarang tidak hanya berbentuk teroris, kata dia, tetapi juga narkoba dan gerakan radikal. Ia memberikan gambaran anak yang ada di rumah bisa merakit bom hanya belajar di internet dengan dipandu seseorang yang tidak diketahui.
"Belajar merakit bom sekarang tidak harus ketemu orangnya, tetapi bisa melalui internet," kata Khofifah yang meletakkan batu pembangunan gedung E Pondok Pesantren Abu Darrin di Kecamatan Dander dan mengukuhkan Laskar Anti Narkoba di Kecamatan Dander yang dihadiri sekitar 10.000 Muslimat NU seperti dilansir Antara. [Paramuda/BersamaDakwah]
Advertisement
EmoticonEmoticon