 |
| Tirto |
Menurut Rocky Gerung saat ini kata fiksi dianggap negatif karena dibebani kebohongan, sehingga fiksi itu selalu dimaknai sebagai kebohongan.
"Fiksi adalah energi yang dihubungkan dengan telos, dan itu sifatnya fiksi. Dan itu baik. Fiksi adalah fiction, dan itu berbeda dengan fiktif," ujarnya. Telos sendiri dalam bahasa Yunani berarti ‘akhir’, ‘tujuan’, atau ‘sasaran’.
Dia memperjelas jika fiksi itu baik, sedangkan yang buruk adalah fiktif.
Dosen mata kuliah filsafat itu mengambil contoh Mahabharata. Menurutnya, Mahabharata adalah fiksi, tapi itu bukan fiktif. Rocky berargumen, fiksi itu kreatif. Sama seperti orang beragama yang terus kreatif dan ia menunggu telosnya.
"Anda berdoa, Anda masuk dalam energi fiksional bahwa dengan itu Anda akan tiba di tempat yang indah,” ujarnya menjelaskan.
Dalam agama, kata dia, fiksi adalah keyakinan. Dalam literatur, fiksi adalah energi untuk mengaktifkan imajinasi.
"Kimianya sama, dalam tubuh sama, dan jenis hormon yang diproduksi dalam tubuh sama," ujarnya.
Pernyataan kontroversial Rocky Gerung mendapatkan respons dari warganet. Afwan Riyadi, misalnya. Aktivis media itu tidak sepakat dengan pernyataan Rocky soal Kitab Suci adalah fiksi.
"Karena saya cek ke KBBI; fiksi adalah : 1. cerita rekaan. 2. cerita yg tidak berdasar kenyataan. 3. pernyataan yang hanya berdasarkan khayalan atau pikiran
Mungkin maksud @rockygerung, janji atau tujuan dalam Kitab Suci itu belum terjadi sehingga belum menjadi fakta hari ini. Itu betul, karena dunia belum kiamat.
Saya tidak tahu kata yg tepat mendeskripsikan maksud dari sini, tapi kata "fiksi" bukan kata yang tepat," kata Afwan.
Febri Wahyuni Sabran berkomentar, "Pak @rockygerung kalau kitab suci itu fiksi berarti surga dan neraka yang di jelaskan di dalam Kitab Suci belum tentu benar ada ya pak?? Berarti Tuhan itu hanya fiksi belaka dong pak?? Etaaah terangkanlah pak," [BersamaDakwah]
Advertisement
EmoticonEmoticon