Ada dua isu yang cukup seksi yang beredar belakangan ini. Dua isu ini dinilai publik memerciki diri sendiri sang pelaku.
Yang pertama adalah isu penjualan saham majalah Tempo. Majalah yang terkenal liberal ini dulu pernah "menggoreng" isu soal Ustaz Yusuf Mansur dan bisnisnya. Bahkan redakturnya Arif Zulkifli pernah membuat cuitan yang menembak Ustaz Yusuf.
"Buruk muka, media dibelah mungkin istilah yg terlalu sinis. Twit yusuf mansyur barusan saya terima sebagai wujud ketidaktahuan," kata Arif Zulkifli pada 6 Mei 2014.
Tak lama kemudian berbalik arah. Tempo dibeli oleh Yusuf Mansur. Pengasuh PPPA Daarul Quran itu membeli lima persen saham PT Info Media Digital (Tempo.co) senilai Rp27 miliar melalui PT Veritra Sentosa Internasional (PayTren pembayaran).
Isu yang kedua adalah pilpres. Terutama soal cawapres yang ditunjuk oleh Jokowi yakni Kiai Ma'ruf Amin. Ketua MUI tersebut ikut andil hingga membuat pelaku penista agama Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok masuk penjara.
Seperti diketahui, para pendukung Ahok banyak yang berdiri pada pilihan Jokowi. Sementara Jokowi malah memilih Kiai Ma'ruf menjadi cawapres. Ahokers, para pendukung Ahok, mengalami dilema.
Selain itu, para pendukung Jokowi dan Jokowi sendiri kerap menggaungkan gagasan "jangan bawa-bawa agama dalam politik" atau "biarkan ulama tetap berdakwah jangan seret ke dunia politik". Kalimat dan berita serupa mudah didapatkan dengan berlimbahnya jejak digital.
Kedua isu tersebut seakan menyiratkan pesan untuk tak perlu berlebihan memuji atau memuji yang berujung ludah mengenai muka sendiri. [BersamaDakwah]
Advertisement
EmoticonEmoticon