Berdakwah di tengah Islam yang
minoritas tentu sebuah tantangan bagi seorang pendakwah. Seperti yang kita ketahui Bali mayoritas beragama
Hindu sementara Islam sangat minoritas.
“Banyak masjid di sana (Bali) yang
tutup!” ucap sumber tersebut saat ditemui BersamaDakwah.net, Jumat (22 April 2016) ketika sedang berkunjung ke Jawa Barat.
Bahkan, katanya, tak sedikit mushola di sana banyak
yang dijual.
"Tahun 2004 ada mushola menjadi rumah pribadi. Karena membangun juga tidak diberikan izin, sampai dipantau sedemikian rupa oleh orang Bali. Akhirnya terpaksa harus dijual," ucapnya.
"Tahun 2004 ada mushola menjadi rumah pribadi. Karena membangun juga tidak diberikan izin, sampai dipantau sedemikian rupa oleh orang Bali. Akhirnya terpaksa harus dijual," ucapnya.
Masjid pun tak jauh beda. Karena sudah tak berfungsi
sebagai masjid, tempat ibadah itu harus ditutup, disegel.
"Cerdiknya Bali tidak memakai nama pemerintah," katanya.
Lalu pakai jalur apa?
"Mereka memakai jalur adat,"ucapnya.
Sebab, lanjutnya, keberadaan alat ibadah umat Islam tersebut mengancam pariwisata.
"Hukum adat di sana juga tertulis dan sangat kuat. Mereka alasannya selalu karena adat,” ujar sumber tersebut yang sudah muslim sejak kecil di Bali.
"Cerdiknya Bali tidak memakai nama pemerintah," katanya.
Lalu pakai jalur apa?
"Mereka memakai jalur adat,"ucapnya.
Sebab, lanjutnya, keberadaan alat ibadah umat Islam tersebut mengancam pariwisata.
"Hukum adat di sana juga tertulis dan sangat kuat. Mereka alasannya selalu karena adat,” ujar sumber tersebut yang sudah muslim sejak kecil di Bali.
Tentang pendirian beberapa masjid
memang bisa dibilang tepat karena di sekitar bangunan tersebut ada umat
Islamnya, memenuhi pula izin mendirikan bangunan (IMB).
Sumber tersebut juga pernah membuat TPQ (taman
pendidikan Alquran) di mana bangunannya adalah bekas kandang ayam. Setelah bangunan tersebut jadi bagus, baru dipermasalahkan. Karena orang Bali masih melihat
simbol pada Islam dengan peristiwa Bom Bali yang terjadi hingga dua kali di masa lampau. Bahkan ada pejabat yang menyebut perkampunganannya sebagai sarang teroris, terang saja perkampungan tersebut tidak terima dan hampir 'menghabisi' pejabat tersebut ramai-ramai.
“Masa mendapat tanah wakaf nggak
boleh dipakai buat mendirikan bangunan?!” pungkasnya.
Advertisement
1 komentar:
bro belajar dulu jadi propokator dan coba kasi data riil dimana ada penolakan pendirian masjid di bali.
EmoticonEmoticon