Bertemu Jumat kembali. Mengingatkan kita kembali pada pagi yang berbeda di Jumat (2/12/2016) lalu. Umat Islam berjalan rapi menuju Monumen Nasional untuk menuntut keadilan di negeri ini ditegakkan.
Masih. Masih ada catatan-catatan hikmah yang berserakan dari peristiwa hati itu. Satu diantaranya sebuah catatan kecil dari Aksi Damai Bela Islam 212 dari seorang laki-laki dari Jakarta bernama Andi Khomeini Takdir Haruni.
Andi berkisah tentang pertemuannya dengan orang Amerika. Lengkap kisahnya ada di bawah ini.
***
Dalam perjalanan pulang dari Monas, saya bertemu wisatawan dari Amerika ini. Mr. Paul nama beliau. Dari jauh saya perhatikan ia sibuk mengambil gambar peserta aksi yang didominasi pakaian putih. Wajahnya tampak antusias sekali.
Kuhampiri dia sembari memperkenalkan diri dan menanyakan apa pendapatnya mengenai yang ia lihat.
Dia bilang,"Ini ada apa?"
Saya jawab, "4-5 juta orang kurang lebih. kami baru saja selesai menyampaikan aspirasi atas tindakan penistaan agama oleh seorang pejabat".
Dia bilang,"Ini ada apa?"
Saya jawab, "4-5 juta orang kurang lebih. kami baru saja selesai menyampaikan aspirasi atas tindakan penistaan agama oleh seorang pejabat".
Dia bilang lagi, "Nice! melihat orang-orang ini begitu banyak, damai, dan setuju atas satu hal tersebut".
Saya sambung, "Mengapa?"
Mr. Paul menjawab, "Kami di Amerika justru bertindak anarki, merusak fasilitas publik dan membakar, akibat kontestasi politik Pilpres".
Saya sambung, "Mengapa?"
Mr. Paul menjawab, "Kami di Amerika justru bertindak anarki, merusak fasilitas publik dan membakar, akibat kontestasi politik Pilpres".
***
Saya tak berpanjang lebar lagi. Sambil tersenyum dan manggut-manggut, saya persilakan dia untuk kembali merasakan sensasi aksi damai tersebut.
Dalam hati saya berdoa agar mereka-mereka yang masih saja nyinyir atas Aksi Damai Bela Islam ini segera sadar diri. Karena turis asing seperti Mr. Paul ini tak sendiri. Ada banyak yang berbaur dengan peserta aksi. Boleh jadi, mereka akhirnya mengetahui sendiri fakta yang asli.
Mereka menyaksikan langsung bagaimana kedewasaan umat Islam di Indonesia (yang juga dibantu oleh umat beragama lainnya) dalam menghadapi kelompok-kelompok yang menistakan agama dan mengancam keutuhan bangsa.
Mari teman-teman, kita doakan kebaikan dan keselamatan bagi para ulama, pemimpin, dan rakyat se-Nusantara. Bebas merdeka dari propaganda imperialis asing yang ingin memisahkan komponen agama dari kehidupan bangsa. Rencana jahat musuh negara agar lebih mudah bagi mereka menguasai segala potensi kita.
Sedikit ide terbetik. "Apakah ini satu dari sekian pertanda bahwa Indonesia siap memimpin transformasi dunia ke level berikutnya?" [Paramuda/BersamaDakwah]
Advertisement
EmoticonEmoticon