Nama Basuki Tjahaja Purnama tidak menggaung di langit Jakarta saat hitung cepat pemilihan kepala daerah. Tukang gusur itu tergusur namanya di putaran kedua kemarin. Direktur PolMark Indonesia Eep Saefulloh Fatah menilai ada penurunan suara Basuki-Djarot hampir 14 ribu suara dibandingkan pemilihan gubernur pada putaran pertama. Padahal beragam upaya sudah banyak dikerahkan oleh tim sukses, mulai dari pembagian sembilan bahan pokok di masa tenang, peresmian Masjid di Daan Mogot yang sarat kontroversi hingga 'mencampuradukkan agama dengan politik' melalui palebalan santri kehormatan dan Sunan Kalijodo.
Masa jabatan Basuki sendiri sebagai pejawat DKI Jakarta akan berakhir pada Oktober mendatang. Setelah itu, ke mana membuang pria bernama gaung Ahok itu?
Banyak warta simpang siur yang mengabarkan bahwa Ahok digadang-gadang untuk maju ke Bali 1.
Anggota Komisi Pemilihan Umum Bali I Gede Putu Artha sangat tidak sepakat bila Ahok menjadi calon gubernur Bali.
"Menjadi gubernur Bali dengan skala persoalan yang relatif lokal mendagradasi kapasitas Ahok untuk bisa maksimal mengabdi bagi negeri, " kata pembawa acara Bali TV itu.
Ahok tepatnya, kata dia, di Menteri BUMN untuk mencegah BUMN jadi sapi perahan para mafia, Menteri PAN dan RB agar bet irokrasi lebih melayani dan bersih, Mendagri agar kiat-kiat kepemimpinan bersih dan melayani bisa ditularkan atau Kabulog agar bisa mencegah mafia pangan dan menjamin keterjangkauan harga pangan.
"Bali punya banyak stok anak muda brilyan dan mungkin sekelas Ahok. Hanya panggung mereka tak punya. Tugas kita menyiapkan mereka panggung agar kilaunya tampak!" kata Artha melalui catatan pribadinya di laman jejaring sosial.
Menggadang Ahok untuk menjadi Menteri BUMN dengan alasan ia mampu mencegah sapi perahan mafia juga kurang tepat. Sebab Ahok tidak bersih dari kasus rasuah. Sumber Waras adalah bagian dari fakta waras yang di dalamnya Ahok ikut cawe-cawe. Namun kasus korupsi Sumber Waras menguap tanpa bekas.
Tidak hanya Artha yang menolak, beberapa warga Bali juga menolak karena alasan 'anak daerah' sana masih banyak yang memiliki kapabilitas untuk memajukan Bali tanpa harus 'impor' dari daerah lain.
Selain itu, Ahok juga masih tersandung kasus penistaan agama yang hingga saat ini belum ada ujungnya. Sidang terus menerus tanpa berujung 'wisuda'. Justru ia malah diganjar ringan. Ia dianggap telah menodai kerekatan kerukunan beragama.
Hari ini, Selasa (25/4), Ahok sedang menjalani gelaran sidang ke-21 dugaan penistaan agama. Masyarakat, khususnya muslim di Indonesia hukum ditegakkan dengan seadil-adilnya terhadap penista agama. Tidak runcing ke bawah, majal ke atas.
Jadi, ke mana harus membuang Ahok? [Paramuda/BersamaDakwah]
Masa jabatan Basuki sendiri sebagai pejawat DKI Jakarta akan berakhir pada Oktober mendatang. Setelah itu, ke mana membuang pria bernama gaung Ahok itu?
Banyak warta simpang siur yang mengabarkan bahwa Ahok digadang-gadang untuk maju ke Bali 1.
Anggota Komisi Pemilihan Umum Bali I Gede Putu Artha sangat tidak sepakat bila Ahok menjadi calon gubernur Bali.
"Menjadi gubernur Bali dengan skala persoalan yang relatif lokal mendagradasi kapasitas Ahok untuk bisa maksimal mengabdi bagi negeri, " kata pembawa acara Bali TV itu.
Ahok tepatnya, kata dia, di Menteri BUMN untuk mencegah BUMN jadi sapi perahan para mafia, Menteri PAN dan RB agar bet irokrasi lebih melayani dan bersih, Mendagri agar kiat-kiat kepemimpinan bersih dan melayani bisa ditularkan atau Kabulog agar bisa mencegah mafia pangan dan menjamin keterjangkauan harga pangan.
"Bali punya banyak stok anak muda brilyan dan mungkin sekelas Ahok. Hanya panggung mereka tak punya. Tugas kita menyiapkan mereka panggung agar kilaunya tampak!" kata Artha melalui catatan pribadinya di laman jejaring sosial.
Menggadang Ahok untuk menjadi Menteri BUMN dengan alasan ia mampu mencegah sapi perahan mafia juga kurang tepat. Sebab Ahok tidak bersih dari kasus rasuah. Sumber Waras adalah bagian dari fakta waras yang di dalamnya Ahok ikut cawe-cawe. Namun kasus korupsi Sumber Waras menguap tanpa bekas.
Tidak hanya Artha yang menolak, beberapa warga Bali juga menolak karena alasan 'anak daerah' sana masih banyak yang memiliki kapabilitas untuk memajukan Bali tanpa harus 'impor' dari daerah lain.
Selain itu, Ahok juga masih tersandung kasus penistaan agama yang hingga saat ini belum ada ujungnya. Sidang terus menerus tanpa berujung 'wisuda'. Justru ia malah diganjar ringan. Ia dianggap telah menodai kerekatan kerukunan beragama.
Hari ini, Selasa (25/4), Ahok sedang menjalani gelaran sidang ke-21 dugaan penistaan agama. Masyarakat, khususnya muslim di Indonesia hukum ditegakkan dengan seadil-adilnya terhadap penista agama. Tidak runcing ke bawah, majal ke atas.
Jadi, ke mana harus membuang Ahok? [Paramuda/BersamaDakwah]
Advertisement
EmoticonEmoticon