Namanya Imelda. Ia seorang penganut Katolik sedari kecil. Namun dua bulan belakangan, ia kerap mendengarkan ceramah Dokter Zakir Naik.
"Sebelumnya saya berterima kasih kepada Dokter Zakir. Dari kecil saya beragama katolik. Dua bulan yang lalu, saya mendengarkan ceramah Dokter Zakir," kata Imelda, ia mulai sesenggukan.
Dari ceramah itu, kata dia, membuka hatinya untuk belajar agama Islam. Ia baru tahu Islam itu sangat indah sekali.
"Pada saat itu saya berdoa, saya ingin mengucapkan syahadat yang dibimbing oleh Dokter Zakir dan sepertinya Allah mengabulkan doa saya," katanya.
Ia dituntun oleh teman yang tidak pernah ia kenal untuk ikut ceramah Zakir Naik. Teman yang misterius.
"Dokter Zakir bisa ke sini dan saya ke sini berkat teman yang sama sekali tidak saya kenal. Dia yang membantu saya untuk mendapatkan tiket untuk mengikuti ceramah Dokter Zakir," ungkapnya, masih sesenggukan. Sekali waktu mengusap airmata.
Ada satu pertanyaan yang ingin ia ajukan. "Saya mohon diyakinkan agar iman saya makin yakin Dokter Zakir. Saya tidak ingin durhaka kepada orangtua saya. Di dalam agama Katolik setiap tahun kami harus mengucapkan janji bakti, di situ disebutkan salahsatunya bahwa orangtua harus mendidik anaknya menjadi Katolik. Saya ingin mengucapkan syahadat tapi saya tidak ingin durhaka kepada orangtua saya," ujar Imelda.
Zakir Naik cukup terharu, ia mengusap air yang menetes di ujung mata. Ia pun menjelaskan tentang bakti kepada orangtua itu memang harus, tapi tak ada bakti untuk menduakan Allah. Berbakti kepada orangtua harus asalkan tidak untuk menyekutukan Allah.
"Anda percaya Tuhan itu satu?" tanya Zakir.
Imelda mengangguk percaya, "Iya,"
"Anda percaya Muhammad adalah Nabi utusan Allah?"
Imelda kembali mengiyakan.
Tak lama kemudian, ia bersyahadat. Dituntun oleh Zakir Naik. Pekikan takbir pun menggema, membuat hati merinding dan haru. [Paramuda/BersamaDakwah]
Advertisement
EmoticonEmoticon