Youtube |
"Saya ingat mati!" kata Evie Effendi.
Dai muda asal Kota Bandung ini masih ingat perjalanan hijrah mendekatkan diri kepada Allah SWT. Ia pernah merasakan menjadi berandal, adu jotos, hingga meringkuk di lantai ruang penjara.
"Saya pernah melukai perut teman pakai pisau cutter. Ya selama tiga bulan berada di penjara Rutan Kebonwaru" tutur Evie.
Kisah tersebut terjadi pada tahun 2000 ketika ia menginjak 24 tahun. "Waktu itu masa saya transisi," ujar Evie yang tenar dijuluki ustaz 'gapleh' (gaul tapi soleh), usai berdakwah dalam acara 'Tasyakur Kemerdekaan' HUT Ke-72 Republik Indonesia di Mapolrestabes Bandung, Jalan Jawa, Jumat (18/8/2017).
Selama masa tahanan ia banyak melakukan perenungan. Ia berpikir hidup di dunia hanya sementara, ia mengingat ajal hanya Allah yang tahu.
"Penjara itu neraka dunia. Kebayang enggak neraka akhirat?" ucap Evie.
Di dalam penjara itu, ia berpikir untuk berzikir. "Selama di dalam (Rutan Kebonwaru) kerjaan saya salat dan zikir," tuturnya.
Ia pun mantap bertobat. Ustadz muda itu sadar telah menyusahkan kedua orang tuanya tersebut gara-gara kenakalan berujung bui. Ibu tercinta Evie tak henti menyemangati dan berdoa sambil berurai air mata.
"Dari situ saya berpikir, tong baong deui (jangan nakal lagi). Mamah (Teti) sudah sakit saat merasakan saat melahirkan saya, tapi lebih sakit lagi ketika anaknya ini ngacapruk (ngaco)," ucap anak dari Teti Rusmiati dan Iyus Rusdi itu.
Evie mulai membuka lembaran baru usai bebas. Ia percaya, tak ada kata terlambat menuju arus kebaikan.
"Setiap orang suci punya masa lalu, orang berdosa seperti kita jangan pesimistis, pasti punya masa depan. Bertobatlah sebelum ajal tiba. Karena ajal itu tidak pernah menunggu tobat kita," tuturnya.
Kajian dan pengajian di masjid-masjid kerap ia datangi. Evie belajar lebih dekat memahami ilmu pengetahuan dan syariat ajaran Islam. Evie yang hanya tamatan SMP 49 Bandung ini terus belajar memperdalam agama.
Semasa hijrah itu Evie mulai berani menularkan pengetahuan agama Islam kepada orang terdekat dan para temannya. Secara bertahap ia mengajarkan baca Alquran dan mengajak sesama untuk berhijrah.
Ia meninggalkan profesi peracik warna yang digelutinya selama 10 tahun di salah satu perusahaan kain. "Sekarang saya banting setir ke hijrah. Pengen ngurus barudak bagaimana mereka konsisten menjaga wudu," ungkapnya.
Istrinya, Anie Mulyanie, meminta cerai. Risiko itu Evie hadapi.
"Saya mulai dari nol lagi. Istri waktu itu belum paham bahwa proses hijrah itu makan komitmen. Tapi ya sudahlah," ucapnya.
Namun, sambung Evie, Allah berkehendak lain. Setelah sempat bercerai, Evie kembali menikah dengan Anie. "Sama Allah dikembalikan, kami sekarang ngariung (ngumpul) lagi," ucap Evie seperti dilansir Detik.
Evie dan Anie kini tinggal bersama empat anaknya Shakkilla Tushalimah, Nazwa Amalia Tsaqib, Dzakira Talitha Eviani dan Shaquena Humaira. [Paramuda/BersamaDakwah]
Advertisement
EmoticonEmoticon