Dekatnya dengan musim pemilihan umum makin banyak upaya kampanye gelap (black campaign) yang tujuannya untuk menjatuhkan lawan politik.
Pemandangan kampanye hitam tampak terlihat di Bekasi, Jawa Barat. Pada Jumat (25/5) muncul buletin Jumat yang bernama Qolbun Salim. Meski bernama menyejukkan nyatanya buletin tersebut dinilai penuh dengan ujaran kebencian.
Berikut isi buletin yang berjudul "Ketika Ulama dan Kiyai Menjadi Budak Politik":
Perlu diwaspadai jika ulama dan para kiyai sudah terjun dalam medan politik. Yang terjadi adalah para ulama dan kiyai akan salah kaprah dalam mengambil sikap politiknya.
Seharusnya para ulama dan kiyai tidak usah mencampuri ranah politik karena ranah tersebut bukan bagian dari pekerjaan dan tanggung jawab mereka. Ulama dan para kiyai cukup mengajar dan mengisi majelis taklim saja bukan malah berpolitik.
Inilay yang terjadi di Kota Bekasi. Para ulama dan kiyainya terjebak dalam politik praktis dengan munculnya PIAGAM AL AZHAR pada tanggal 14 Mei 2018. Piagam ini berisi seruan untuk memilih salah satu calon kepala daerah ini sungguh memalukan. Seharusnya ulama dan kiyai tidak usah ikut campur dalam urusan politik pilkada Kota Bekasi. Biarlah Ummat Islam memilih sesuai dengan seleranya. Jangan diajarkan apalagi diarahkan. Ulama dan kiyai Kota Bekasi saat ini sangat mudah dibeli oleh segelintir orang demi kepentingan politik, SUNGGUH MEMALUKAN!!
Para ulama dan kiyai yang ikut sibuk berpolitik dalam pilkada Kota Bekasi ibarat ANJING-ANJING liar yang haus kekuasaan. Mereka bagai BINATANG BUAS yang memaksa Ummat untuk mengikuti hawa nafsu mereka. Sangat disayangkan jika hanya gara-gara pendirian GEREJA SANTA CLARA, para ulama tersebut marah dan menghardik.
Hanya gara-gara memihak kaum NASRANI, berbondong-bondong para ulama dan kiyai tersebut menjauhi salah satu paslon yang ada. Di mana rasa ukhuwah Islamiyah yang selama ini selalu digelorakan dalam mimbar dan majelis taklim. Atau memang para ulama dan kiyai sudah menjadi BUDAK POLITIK. [/BersamaDakwah]
Advertisement
EmoticonEmoticon