Dr. Abbas Syuman (MBC) |
Dr. Abbas Syuman, seorang pejabat senior di Universitas Al-Azhar Kairo Mesir mengecam ide sejumlah
kalangan untuk
membuka cabang di Israel. Lazim diketahui,
Universitas Al-Azhar merupakan universitas tertua di dunia Arab
dan dunia Islam di
sektor pendidikan
agama.
Seorang peneliti Amerika Serikat berdarah Mesir dan saat ini
menjabat sebagai anggota parlemen Mesir bernama Umar Salim meminta Al-Azhar untuk membuka cabang di Israel, dengan dalih “menyebarkan Islam di
semua tempat” termasuk di Tel Aviv.
Dalam siaran pers yang dikirim ke kantor
Berita Anadolu, pada Ahad 25 Desember 2016, Dr. Abbas Syuman yang menjabat sebagai wakil Al-Azhar, menyindir ide tersebut dan mengatakan bahwa itu hanya sekadar efek dari rendahnya pemikiran seseorang.
“Tampaknya, ada sejumlah orang ingin mengusung ide untuk mendirikan cabang
Al-Azhar, seperti Ma’had (Lembaga)
Al-Azhar atau
mungkin Pusat Budaya Al-Azhar di Israel,” ujarnya.
Lebih lanjut, Dr. Syuman mengatakan, “Isu-isu yang
beredar tentang hal ini tidak terkait sama sekali dengan Al-Azhar, baik secara langsung maupun tidak langsung. Ide itu
hanya berasal dari seseorang yang mengatakannya.”
Dalam konteks yang sama, Mukhtar
Marzuk, Dekan Fakultas Ushuluddin
(Teologi)
Universitas Al-Azhar Cabang Asyuth, yang
berada di bagian selatan Negara Mesir, menyatakan, bahwa ide pembukaan cabang di Israel itu merupakan sikap yang sewenang-wenang
terhadap Al-Azhar
dan para ulamanya.
Mukhtar juga menjelaskan, bahwa setiap individu yang
berafiliasi dengan Al-Azhar dengan tulus akan terus memantau para pengusung ide tersebut.
“Kami tidak akan membiarkan
orang-orang bodoh menikmati kebodohannya atau bingung karena
kebodohannya itu,” tegasnya.
Kecaman ulama Al-Azhar tersebut
dilontarkan dalam upaya menanggapi pernyataan
seorang
peneliti Amerika
Serikat berdarah Mesir, Umar Salim yang mengatakan,
“Sejumlah profesor dari Al-Azhar telah siap untuk pergi ke Israel dan berdakwah
di sana untuk mengajak manusia kembali ke jalan Allah,” ujarnya tanpa menyebutkan orang yang dimaksud secara rinci.
Baru-baru ini, Salim memicu
kontroversi di Mesir karena sikapnya yang dianggap sebagai agen yang melancarkan normalisasi hubungan Mesir dengan Israel.
Salim juga pernah mengatakan, “Fakta sejarah menyatakan bahwa Yahudi berhak hidup di Palestina.”
Pada bulan Januari 2016 lalu, kanal 7 Israel melaporkan, bahwa Salim adalah seorang profesor di Universitas California. Ia pernah diundang pada tahun 2012 untuk menyampaikan kuliah di depan Senat Amerika
Serikat tentang peran agama dalam konflik Arab-Israel.
Advertisement
EmoticonEmoticon