,
Bila mahasiswi yang nyambi kuliah dengan kerja yang simpel, mahasiswi yang satu ini justru memilih jalan yang berbeda.
Adalah Mijania Malia, mahasiswi Universitas Wijaya Kusuma Surabaya semester lima jurusan Kedokteran Hewan yang memilih kuliah sambil jualan hewan kurban. Ia sendiri memilih jurusan tersebut karena sesuai dengan kegiatannya saat ini. Misinya di masa mendatang bisa mengembangkan usaha keluarga dan peternakan rakyat pada umumnya.
Calon dokter hewan ini tidak malu berjualan hewan kurban. Justru ia mengaku bangga karena bisa bantu keluarga dan membiayai kuliahnya sendiri.
"Karena didikan orangtua ya. Kalau kita malu kita tidak akan bisa hidup. Kalau biasanya saya ngarit (mencari rumput dengan arit. Red), ngurus kambing di jalan, Kadang-kadang orang suka ngelihatin," katanya pada sebuah stasiun televisi swasta pada Selasa (29/8/2017).
"Saya mikirnya 'udah lah nggak kenal'. Kepentingannya juga masing-masing. Jadi kalau untuk rasa canggung tidak ada. Kalau malu kita tidak bakalan sukses. Saya mikirnya gitu sih," polosnya.
Setiap menjelang Idul Kurban, ia bersama keluarga memboyong hewan ternak di bazar kurban di Rungkut, Surabaya. Bukan hanya menjajakan, Mijania juga menjelaskan secara detail kondisi hewan ternak kepada pelanggan. Menjawab pertanyaan terkait hewan kurban. Hal tersebut membuat minat pembeli dan tidak meragukan mutu hewan kurban yang akan dibeli.
Untuk menyesuaikan dengan perkembangan zaman, lapak yang buka 24 jam itu melayani pembelian secara daring (online). [Paramuda/BersamaDakwah]
Adalah Mijania Malia, mahasiswi Universitas Wijaya Kusuma Surabaya semester lima jurusan Kedokteran Hewan yang memilih kuliah sambil jualan hewan kurban. Ia sendiri memilih jurusan tersebut karena sesuai dengan kegiatannya saat ini. Misinya di masa mendatang bisa mengembangkan usaha keluarga dan peternakan rakyat pada umumnya.
Calon dokter hewan ini tidak malu berjualan hewan kurban. Justru ia mengaku bangga karena bisa bantu keluarga dan membiayai kuliahnya sendiri.
"Karena didikan orangtua ya. Kalau kita malu kita tidak akan bisa hidup. Kalau biasanya saya ngarit (mencari rumput dengan arit. Red), ngurus kambing di jalan, Kadang-kadang orang suka ngelihatin," katanya pada sebuah stasiun televisi swasta pada Selasa (29/8/2017).
"Saya mikirnya 'udah lah nggak kenal'. Kepentingannya juga masing-masing. Jadi kalau untuk rasa canggung tidak ada. Kalau malu kita tidak bakalan sukses. Saya mikirnya gitu sih," polosnya.
Setiap menjelang Idul Kurban, ia bersama keluarga memboyong hewan ternak di bazar kurban di Rungkut, Surabaya. Bukan hanya menjajakan, Mijania juga menjelaskan secara detail kondisi hewan ternak kepada pelanggan. Menjawab pertanyaan terkait hewan kurban. Hal tersebut membuat minat pembeli dan tidak meragukan mutu hewan kurban yang akan dibeli.
Untuk menyesuaikan dengan perkembangan zaman, lapak yang buka 24 jam itu melayani pembelian secara daring (online). [Paramuda/BersamaDakwah]
Advertisement
EmoticonEmoticon