"Kami Senang Jika Beras Hasil Panen Kami untuk Rohingya"

- September 12, 2017
ACT
September ini adalah masa panen ketiga bagi Desa Jipang, Kecamatan Cepu, Blora, Ahad (9/9), puluhan hektar sawah di desa itu dipenuhi petani yang sudah mulai memanen.

Tangan para petani mengarit padi dengan lincah yang selanjutnya dikumpulkan dalam satu wadah besar. Padi-padi yang telah dikumpulkan lantas dimasukkan ke dalam suatu mesin pengolah untuk dipisahkan antara padi dan tangkainya. Tumpukan gabah diayak dan dimasukkan ke dalam karung besar. Usai terkumpul, tumpukan padi itu langsung diangkut truk menuju Lumbung Pangan Masyarakat (LPM) Desa Jipang.

Di lumbung pangan, berton-ton gabah kering digiling menjadi butiran-butiran beras berkualitas. Kesibukan yang sama juga terlihat di area bangunan yang menjadi menjadi pilot project Global Wakaf-Aksi Cepat Tanggap (ACT) tersebut.

Warga Jipang bekerja keras untuk menyediakan beras lokal untuk disalurkan kepada para pengungsi Rohingya. Beras-beras terbaik Jipang akan dilayarkan oleh Kapal Kemanusiaan ACT menuju Bangladesh.

Salah satu pengelola LPM Aryanto menyebutkan, saat ini setidaknya sudah 1400 ton atau 2800 karung beras terkumpul di LPM. Jumlah tersebut merupakan hasil panen yang telah diolah sejak sepekan silam.

“Tanggal 4 September lalu, kita mulai mengolah hasil panen. Ada sekitar 20 petani yang terlibat dalam penyediaan beras untuk Kapal Kemanusiaan Rohingya ini,” jelas Aryanto.

Beras yang terkumpul, kata dia, merupakan hasil panen dari sekira 50 hektar sawah yang ada di Jipang. Selama seminggu mereka bekerja begitu cepat demi bisa menyediakan 2000 ton beras pada akhir pekan ini.

“Kita senang kalau ada kegiatan berbau sosial, apalagi bisa beras yang kita panen digunakan untuk menolong orang yang kelaparan. Hasil panen kita jadi bernilai lebih. Semoga pahalanya juga lebih,” kata salah seorang petani.

Istiah (55) bahkan rela meminjamkan mesin panen miliknya untuk digunakan oleh petani-petani yang lain. Tujuannya agar mempercepat proses pengolahan hasil panen.

“Soalnya saya dengar ada yang mau panen padi dan berasnya nanti akan dikirim untuk Rohingya. Kasihan ya, mereka di sana hidupnya mengungsi ke sana kemari. Bahkan ada yang tidak memakai pakaian yang layak,” kata Istiah, seorang nenek desa itu.

Kasmiran (62), kawan Istiah yang saat itu berada di lokasi panen padi, "Setelah mendengar cerita dari tetangga beras ini mau dibawa ke sana, dia (Istiah) mengajak saya membawa mesin panen buat mempercepat proses panen. Mungkin sedikit usaha ini bisa menolong mereka yang lagi mengungsi,” ujarnya penuh antusias. [Paramuda/BersamaDakwah]


Advertisement


EmoticonEmoticon

 

Start typing and press Enter to search