Azab di Balik "Jijik Naik Mobil Ini"

- Oktober 19, 2017
Ilustrasi: Kaskus
Hari itu seingat saya adalah Sabtu sore. Ba'da Ashar pintu saya terdengar diketuk dari luar. Saya membukanya dengan sigap, "Sudah siap, Pak? Mari kita berangkat!" Sapanya.

Pemilik suara itu adalah Haji Tono. Bersama istrinya ia menjemput saya untuk menghadiri sebuah pengajian di selatan Jakarta. Sesampainya di parkiran terlihat sebuah mobil Daihatsu Zebra Espass baru berwarna hitam.

"Silakan duduk di depan!" Haji Tono membukakan pintu mobil untuk saya. Begitu saya menaiki mobil tersebut, Haji Tono berujar sambil kelakar, "Mohon maaf ya Pak dijemput pakai mobil kayak begini?!" Saya lekas menukas, "Gak ada masalah, mobil ini cukup nikmat apalagi mobil baru seperti ini!" 

Sungguh saya berucap sedemikian hanya demi membesarkan hati Haji Tono dan istrinya dan darimana saya tahu mobil itu baru, saya menduganya dari aroma interior mobil dan beberapa kursi masih dibungkus plastik pertanda baru.

"Alhamdulillah, Allah Swt. baru kasih mobil ini kepada kami kira-kira dua minggu yang lalu!" Tambah Haji Tono. Mendengarnya saya pun berucap hamdalah. "Tapi percaya gak pak, tahun 1994 lisan saya pernah mengucap, 'Saya paling jijik naik mobil kayak begini!'" jelas Haji Tono.

Aneh mendengar kalimat itu maka saya pun meminta penjelasan selanjutnya dari beliau. Haji Tono pun menceritakan, "Tahun 1994, saat itu bisnis saya sedang amat maju. Saya memiliki banyak rumah, dan soal mobil, merek apa yang saya tidak punya?! Hampir setiap mobil bagus saya beli. Dan saat itu ada seorang pegawai saya yang beli mobil Daihatsu Zebra Espass. Mendapatinya saya meledek sambil berkata, 'Saya paling jijik naik mobil kayak begini!' Saat itu saya kaya raya, namun sayangnya sebagai muslim, jangankan shalat, untuk berwudhu saja saya tidak mengerti bagaimana caranya?!"

Saya beristighfar mendengarnya. Lalu saya simak dengan baik penuturan Haji Tono kalimat demi kalimat.

"Allah Swt. telah beri banyak sekali kenikmatan kepada saya. Namun saya tidak menjalankan tugas beribadah kepada-Nya sebagai seorang hamba. Nikmat yang banyak itu rupanya hanya uluran benang, yang suatu saat akan Allah Swt. tarik. Terkadang tarikan itu bisa membuat kita putus!" Seru Haji Tono.

Hal itu terjadi pada tahun 1998 saat terjadi Krisis Moneter di Indonesia. Maka seluruh bisnis Haji Tono pun ambruk.
فَلَمَّا نَسُوا مَا ذُكِّرُوا بِهِ فَتَحْنَا عَلَيْهِمْ أَبْوَابَ كُلِّ شَيْءٍ حَتَّى إِذَا فَرِحُوا بِمَا أُوتُوا أَخَذْنَاهُمْ بَغْتَةً فَإِذَا هُمْ مُبْلِسُونَ 
"Maka tatkala mereka melupakan peringatan yang telah diberikan kepada mereka, Kamipun membukakan semua pintu-pintu kesenangan untuk mereka; sehingga apabila mereka bergembira dengan apa yang telah diberikan kepada mereka, Kami siksa mereka dengan sekonyong-konyong, maka ketika itu mereka terdiam berputus asa." (Al-An’âm [6]:44)

Sungguh adzab atas kufur nikmat melanda hidup Haji Tono saat itu. Satu per satu rumah ia jual, demikian juga mobil-mobil yang digemarinya. Hingga tidak tersisa satu mobil pun kini di rumahnya.

"Saya merasakan adzab Allah ini sungguh amat pedih. Perih. Sakit sekali. Saking perihnya mungkin selama dua tahun saya tidak berani keluar rumah. Itu saya lakukan sebab khawatir akan ada orang yang berkata, 'Lihat tuh sekarang Tono, dia sudah jadi orang miskin. Gak punya mobil dan kemana-mana jalan kaki!'" Tambah Haji Tono.

Ia menjelaskan bahwa setiap malam ia tidak dapat tidur sebab memikirkan kehidupan yang hancur. Betapa ia panik hingga larut malam untuk berpikir bagaimana cara melanjutkan kehidupan esok. Singkatnya, Haji Tono menjalani hidup seperti orang stress dan putus asa.

"Saya menjalani hidup seperti itu bertahun-tahun dan Allah Swt. belum beri saya jalan keluar. Hingga pada saat di satu penghujung malam saya mendengar lantunan adzan dari masjid begitu merdu memanggil. Hati saya tergerak untuk pergi ke sana. Saya mengikuti cara orang-orang mengambil wudhu. Dalam menjalankan shalat pun saya hanya mengikuti gerakan imam. 

Dalam sujud shalat Shubuh di pagi itu, saya mendapatkan ketenangan batin yang luar biasa. Saya merasakan betapa indahnya bersujud di hadapan Allah Yang Maha Kuasa. Tak terasa air mata saya menetes hingga badan saya berguncang. Saya berkata kepada Allah Swt. saat itu, 'Ya Allah, mengapa tidak Engkau berikan padaku kenikmatan seperti ini sejak dulu?!’ Sungguh kenikmatan beribadah kepada-Mu melebihi segala nikmat yang telah Engkau titipkan padaku. Aku ridha menjalani ketetapan-Mu. Aku ridha ya Allah menjalani hidup seperti ini!" Ungkap Haji Tono saat menyetir mobil dalam perjalanan itu sambil berurai air mata.

Subhanallah, rupanya pelajaran syukur atas nikmat Allah Swt. yang diterima oleh Haji Tono sungguh mendalam. Sejak saat itu ia memperbaiki kualitas hidup dan ibadahnya kepada Allah Swt. Tidak hanya dirinya, bahkan ia bercerita bahwa setiap malam ia, istri dan kedua anaknya bertahajjud pada pukul setengah tiga.

"Saya merasa bahwa Allah Swt. sungguh amat sayang kepada saya sejak saat itu, dan kami menjalani hidup dengan penuh kesyukuran kepada Allah Swt.!" Jelas Haji Tono.

Saya sungguh menikmati kisah yang disampaikan Haji Tono ini selama perjalanan. Berkali-kali lidah ini mengucap hamdalah atas nikmat yang tiada terukur ini.

Pada akhir bagian cerita, Haji Tono mengulangi kalimat yang ia ucapkan pada awal pembicaraan tadi, "Pak..., tahun 1994 lisan ini pernah berkata bahwa saya paling jijik naik mobil kayak begini...., sekarang saya meralat ucapan saya itu dengan mengatakan bahwa, 'Tidak ada mobil yang paling nikmat selain mobil Daihatsu Zebra Espass yang disertai dengan rasa syukur kepada Allah Swt!"

Saya pun menyetujui kesimpulan akhir yang Haji Tono ucapkan,
وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِنْ شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ وَلَئِنْ كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ 
”Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih." (Ibrâhim [14]:7)

Wassalam 
Ustadz Bobby Herwibowo.Lc.



Advertisement


EmoticonEmoticon

 

Start typing and press Enter to search