Ilustrasi: Okezone |
Di tengah kondisi perekonomian orangtuanya yang miskin, keinginan Mutropin atau yang akrab disapa Ropin untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang perguruan tinggi (PT) terbilang tinggi. Bagaimana ikhtiar pemuda yang genap berusia 22 tahun di bulan April ini bisa melanjutkan ke PT?
Setelah menyelesaikan pendidikan di jenjang Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Maarif NU Batang pada tahun 2015 lalu, Ropin dengan optimistis melanjutkan pendidikan ke jenjang PT lewat jalur program beasiswa Bidikmisi. Prestasi pemuda asal Dusun Pekuntulan, Desa Purbo, Kecamatan Bawang, Kabupaten Batang, Jawa Tengah ini terbilang gemilang. .
Tapi, menurut pemuda putra ketiga dari pasangan Ta’at dan Istianah keinginan untuk kuliah sempat terhenti satu tahun karena tidak mendapat restu dari keluarga. Sebab, kedua orangtuanya dari keluarga pas-pasan.
Ketika itu, menurut mahasiswa aktif di Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga Yogyakarta ini untuk bisa melanjutkan ke PT melalui program beasiswa Bidikmisi harus memenuhi persyaratan, salah satunya usai tamat dari SMK selambat-lambatnya 2 tahun.
“Keinginan saya untuk melanjutkan pendidikan ke PT, mendorong saya untuk mengikuti Bidikmisi. Waktu itu pun saya baru 1 tahun menganggur, kalau lebih dari 2 tahun tidak bisa,” ujar Ropin, Senin (16/4).
Pendidikan bagi pemuda yang aktif di Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) lni sangatlah penting. Maka. setelah mendaftar Bidikmisi melalui sekolahnya, ia mencoba keberuntungan untuk mengenyam pendidikan di Universitas Gajah Mada (UGM). Tetapi, Ropin harus cukup bangga karena diterima di UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.
“Alhamdulillah, saat SMK saya mendapat prestasi 2 besar dan sejumlah prestasi lainnya. Jadi saat seleksi saya lolos,” katanya.
Mahasiswa semester empat UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta ini mengatakan, selama mengikuti perkuliahan semua biaya sudah ditanggung oleh pemerintah. Namun demikan, untuk memenuhi kebutuhain sehari-hari seperti uang sewa rumah dan keperluan lainnya, menurut Ropin, ia menjadi ta'mir masjid kampus.
Mahasiswa yang pemah didapuk sebagai Duta Kependudukan DIY tahun 2017 lalu ini mengaku mendapatkan beberapa fasilitas dari masjid kampus, salah satunya tempat tinggal gratis, kebutuhan sehari-hari dan uang saku. Selain itu, setiap bulan ia juga mendapatkan uang honor sebesar Rp300 ribu.
”Alhamdulillah selama menjadi ta'mir masjid saya mendapat beras untuk kebutuhan konsumsi dan uang saku tiap minggu sebesar Rp 15 ribu,” ungkapnya. [@paramuda/BersamaDakwah]
Disadur dari Harian Indopos, Selasa (17/4/2018).
Advertisement
EmoticonEmoticon