"Kalau Saya Beli Kaki Palsu, Mahal"

- Mei 27, 2018
IZI
Hidup berpuasa dengan kondisi yang baik mungkin suatu hal yang wajar. Meski seringkali terasa lapar dan haus ketika siang yang terik, namun pastinya masih mampu dijalankan dengan baik. 


Terkadang, tak terasa pula bagi para pekerja kala sengatan matahari, mereka tetap mampu pergi ke sana ke mari dengan gesit.

Namun hal berbeda halnya bagi para kaum difabel. Belum lagi mereka dari kalangan yang tak mampu, hanya cukup untuk makan sehari-hari. Hidup dengan organ tubuh yang tak sempurna tentu saja menjadi ujian para penyandang difabel tersendiri. Mereka terbatas dalam laksanakan aktivitas. Mungkin diuji dari segi pendengaran, penglihatan hingga perjalanan.

Dalam hal ini mereka yang dimaksud adalah para penyandang disabilitas tanpa kaki, baik keduanya maupun salah satu kaki yang tidak lengkap akibat berbagai faktor.

Mereka alami keterbatasan ketika beraktivitas. Saat orang lain begitu ceria dan sigap berjalan, namun hal itu tidak bagi mereka. Mereka perlahan berjalan dengan alat bantu, dan ada juga mereka gunakan kursi roda. Yang terjadi adalah mereka, pada difabel yang hadir adalah berasal dari kalangan dhuafa, tak mampu untuk membeli kursi roda, hanya cukup tongkat rapuh.

Berbagai latar belakang di balik kondisi yang mereka rasakan, alami kelainan sejak lahir dan kebanyakan akibat kecelakaan. Itu yang diakui oleh seorang pengidap difabel yang juga berprofesi sebagai pengrajin kaki palsu.

Salim namanya. Pemuda kelahiran tahun 1993 asal Bandung tersebut harus tertabrak ketika aktivitas berdagang. Dirinya akui harus bantu kedua orang tua yang serba keterbatasan. Pelaku penabrak pun pergi begitu saja sehingga membuat Salim sempat patah semangat.

Namun di perjalanan hidupnya, Salim menemukan jalan hidup yang sesuai dengan kondisinya. Ia diajak oleh Dadan, yang sama halnya sebagai difabel untuk bekerja sebagai pembuat kaki palsu di Bandung. Hingga kini mereka akui raup omset jutaan dari hasil usaha membuat kaki palsu.

"Kalau ingat kejadian saat itu, rasanya begitu sedih dan miris. Di samping saya bekerja kecil-kecilan, tapi saya kecelakaan, dan juga harus rela kehilangan kaki saya. Pelaku penabraknya pun malah kabur tak tanggung jawab. Namun bersyukur saya miliki orang tua yang tabah, hingga akhirnya saya diberi jalan oleh Allah dengan dipertemukan bersama kang Dadan, pengrajin kaki palsu. Saya bekerja di situ sudah cukup lama. Ya untuk memenuhi kehidupan saya," kata Salim dalam acara "Ramadhan Bulan Berbagi bersama 50 Penerima Kaki Palsu" yang diinsiasi oleh Lembaga Amil Zakat Nasional (LAZNAS) Inisiatif Zakat Indonesia pada Jumat (25/5) di Jakarta Timur.

Salim di hadapan para penerima kaki palsu memberikan motivasi dan pengalaman hidup yang ia lewati untuk membangun kembali semangat berjuang melawan putus asa.

"Ibu dan Bapak sekalian, yang namanya nasib masih bisa kita dapat. Itu tidak pandang usia, baik tua ataupun muda. Kita harus berusaha dan jangan hanya karena nasib kita terbatas, lalu malah membuat kita menjadi putus asa. Pokoknya harus semangat, terlebih IZI sudah bantu berikan kita kaki palsu," tambahnya.

Pada kesempatannya, menurut Haryono selaku Manajer Pendayagunaan IZI mengungkap pihaknya memberi bantuan 50 kaki palsu di bulan ramadhan ini sekaligus menyalurkan paket sembako ramadhan kepada para difabel dhuafa tersebut.

"Untuk kesempatan di bulan ramadhan ini kami adakan pengukuran dan penyerahan kaki palsu kepada para dhuafa kepada yang belum mendapat bantuan kaki palsu. Serta sengaja kami adakan acara di moment saat ini karena mereka adalah para dhuafa sehingga berhak kita cukupi kehidupannya selama satu bulan melalui Paket Sembako Ramadhan," jelas Haryono.

Di akhir kesempatan, Rahmat (45) salah satu penerima kaki palsu ini mengungkap kesyukurannya atas bantuan persembahan kaki palsu yang diberikan oleh IZI. Ia mengaku saat ini bekerja sebagai tukang pijat. Dan sebagai bentuk pemberdayaan, IZI turut membantu berikan pendampingan pada Rahmat.

"Saya sampai sekarang bekerja sebagai tukang pijat. Ya tidak besarlah upahnya, tergantung yang minta diurut. Kalaupun tidak ada ya paling saya bantu-bantu kuli. Dan syukur Alhamdulillah atas bantuan kaki palsu yang diberikan oleh IZI. Terlalu mahal harganya bila kami harus beli kaki palsu ini. Semoga kedepan IZI semakin dipercaya oleh para Dermawan, karena saya merasa IZI begitu berjasa terhadap para dhuafa seperti halnya saya," pungkasnya.
 
Advertisement


EmoticonEmoticon

 

Start typing and press Enter to search