Misteri Foto Jokowi-JK yang Ditutup Kertas Putih, Ini Lima Fakta di Baliknya

- Mei 18, 2018
Satyowati
Sebuah sekolah bernama SDN 085 Ciumbuleuit Bandung sempat menjadi perhatian warganet. Sebab, dalam sebuah unggahan foto yang dibagikan oleh akun Facebook Satyowati Pancasiwi pada Ahad (13/5), memperlihatkan foto Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Jusuf Kalla ditutup dengan selembar kertas.

Dalam unggahan tersebut disebutkan bahwa siswi-siswi di sekolah negeri itu wajib berjilbab sejak masuk kelas 4 SD.

Kali ini, Satyowati Pancasiwi mengunggah pernyataannya yang sekaligus menjawab klarifikasi yang telah disampaikan Kepala Sekolah di Kelurahan Ciumbuleuit, Kecamatan Cidadap, Kota Bandung, itu, tentang unggahan foto tersebut.

Berikut klarifikasi Satyowati Pancasiwi yang diunggah Kamis (17/5/2018):

Bismillahirrahmaanirrahiim,

Saya buat klarifikasi di sini berkenaan dengan apa yang saya post pada 13 Mei 2018 lalu tentang SDN 085 Ciumbuleuit.

Fakta dan alasan kecurigaan,

1. Selama masa sekolah dari tingkat TK sampai perguruan tinggi, saya menempuh pendidikan di sekolah negeri. Selama itu pula tak pernah menghadapi kondisi foto Presiden dan Wakil Presiden ditutup saat masa ujian.

Jadi penutupan foto Presiden dan Wakil Presiden dalam rangka sterilisasi ruangan untuk mencegah terbantunya murid mendapat jawaban atas soal ujian adalah alasan yang janggal menurut saya.

2. Foto salah satu sisi ruang kelas di SDN 085 Ciumbuleuit Bandung ini diambil beberapa hari setelah masa ujian usai.

Artinya alasan penutupan foto-foto tersebut karena dalam rangka masa ujian, gugur.

3. Tidak ada gambar Garuda Pancasila, juga tidak ada paku untuk tempat menggantung gambar tersebut, yang berdasarkan ketentuan, pemasangan lambang Garuda Pancasila apabila didampingkan dengan foto Presiden dan Wakil Presiden, posisinya harus di tengah dan lebih tinggi.

Padahal di seluruh lembaga milik pemerintah, pemasangan Lambang Garuda Pancasila adalah wajib, sama halnya dengan pemasangan bendera merah putih.

4. Di ruang kelas sekolah tersebut tidak ada alat peraga pendidikan semacam foto-foto pahlawan, peta Indonesia, tabel matematika dengan aneka operasional hitungnya, dll.

Pada saat foto yang saya bagikan tersebut diambil, tak ada paku-paku terpasang di dinding sisi lain, sebagai penanda bahwa biasanya ada benda yang digantungkan disitu. 
Jadi yang ditutup hanya foto Presiden dan Wakil Presiden.

5. Hampir semua siswi di sekolah tersebut, mulai dari kelas 4 mengenakan jilbab. Fakta tersebut ditegaskan oleh informasi dari salah seorang siswi di sana yang tidak mau disebutkan namanya, bahwa mereka wajib berjilbab mulai kelas 4. Sependek pengetahuan saya, sekolah umum negeri tidak mewajibkan siswinya untuk berjilbab.

Berdasarkan fakta-fakta tersebut, saya membuat post yang isinya berdasarkan opini saya pribadi yang menganggap banyak kejanggalan pada fakta-fakta tersebut.

Dengan niat mendapatkan kejelasan tentang fakta tersebut, saya tag pihak terkait.

Melalui koneksi yang ada, beberapa saat setelah posting, saya pun melaporkan fakta atau temuan ini kepada salah satu pejabat di Pemerintah Kota Bandung dengan membagikan link postingan saya tersebut. Laporan tersebut oleh beliau langsung diteruskan ke Kepala Dinas Pendidikan Kota Bandung, yang hari itu juga langsung menindaklanjutinya.

Selanjutnya setelah melalui itu semua, saya menanti klarifikasi dari pihak yang berwenang tentang "tuduhan berdasarkan fakta" melalui postingan tersebut. Dan saya siap untuk membantu mem-viral-kannya apabila sudah ada.

Sore di hari yang sama, Kepala Sekolah dari sekolah tersebut menghubungi saya melalui inbox di facebook. Pesan yang beliau sampaikan sama sekali bukan klarifikasi seperti yang saya harapkan. Padahal apabila saat itu beliau menyampaikan klarifikasi, walaupun mungkin tidak jujur, bisa jadi membuat saya memutuskan untuk menutup atau bahkan menghapus postingan tersebut. 

Silakan dicermati, kira-kira apa maksud yang tersirat dari pesan tersebut. Saya akan bagikan foto-foto percakapan kami setelah ini.

Menurut informasi yang saya terima, keesokan harinya tim dari Kemendikbudpar datang ke sekolah tersebut dan menginterogasi Kepala Sekolah serta guru-guru di sana. Sayang sekali, sampai saat ini jangankan ada pernyataan resmi untuk mengklarifikasi temuan yang saya bagikan, dari pihak-pihak yang berwenang, berdasarkan hasil investigasi tersebut. Postingan saya terlanjur viral, juga dibagikan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Bapak Muhadjir Effendy. Bahkan dibagikan ulang oleh beberapa media online.

Demikian penjelasan saya mengenai postingan berdasarkan opini pribadi tersebut yang saya bagikan di media sosial melalui akun pribadi. Tambahan informasi, saya bukan pewarta yang bekerja untuk media berita. Saya hanyalah warga masyarakat yang sangat peduli atas bahaya radikalisme yang bibitnya bisa disemai di mana saja, tak terkecuali di institusi pendidikan milik pemerintah dengan cara di antaranya menghilangkan rasa hormat kepada pemerintah yang notabene dikepalai oleh Presiden.


Advertisement


EmoticonEmoticon

 

Start typing and press Enter to search