Aktivis Ratna Sarumpaet menilai hoaks yang dibuat oleh pemerintah ada banyak dari mulai utang-utang negara hingga subsidi yang ditarik.
"Itu hoaks negara. Negara berjanji, ini akan ditarik, ini di-buyback. Nggak ada kan? Itu hoaks. The real hoax. Lalu ada hoaks-hoaks yang tersembunyi. Saya nggak ngerti di mana letaknya. Tapi ada kebingungan di masyarakat di mana pengelolaan negeri ini sebenarnya mau diapaan sih?" kata Ratna di Indonesia Lawyers Club TV One Jakarta, Selasa (21/8/2018) malam.
Ratna menyoroti hajatan besar Asian Games 2018 dan dia mengapresiasi.
"Ada hajatan besar di Jakarta. Buat aku itu penting. Asian Games hanya terjadi sekian kali dalam tiga puluh sekian tahun. Dan itu datang ke Indonesia harus dikelola dengan benar," ungkap dia.
Hanya saja, kata dia, Indonesia sedang mengalami bencana gempa di Lombok, Nusa Tenggara Barat.
"Dua-duanya sama penting. Jangan sampai pemerintah keluar dari istana, ini Istana khawatir rugi jika tetapkan gempa Lombok sebagai bencana nasional. Di tengah kemeriahan yang begitu mewah negara berani mengatakan seperti ini. Negara apaan ini. Pakai akal dong!" kata dia.
Ratna menyarankan ada peraturan uji kemanusiaan sebelum para capres menjadi presiden.
"Mungkin perlu ada peraturan ujian kemanusiaan baru boleh jadi presiden. Kalau nggak ngerti arti kemanusiaan jangan jadi presiden!" kata dia.
Ia mencontohkan pula dengan bencana di Danau Toba beberapa waktu lalu. Ia mengatakan lalu kata-kata pemerintah 'Turis datang itu nggak untuk tahu cerita masa lalu, yang penting pemandangan di Toba itu bagus'.
"Sejumlah 164 jenazah ditinggalkan di dasar danau dalam dua minggu. Ada bupati agak setengah tolol mendebat pertemuan saya di Medan dan mengatakan 'Bu Ratna mari kita bersyukur, berbesar hati dengan kebaikan pemerintah sudah menggelontorkan ke setiap kabupaten..' apalah uang pokoknya nggak tahu. Sampai saya marah betul. 'Kamu belajar apa kok berani-berani jadi bupati. Kamu ke gunung saja, merenung. Jangan jadi bupati!'" tegas Ratna.
Advertisement
EmoticonEmoticon