Tentu Anda setengah tidak percaya bahwa ada jelangkung dalam Aksi Damai yang dilaksanakan di Monumen Nasional (Monas), Jakarta, Jumat (2/12/2016) lalu. Ah, masa iya ada suasana magis di Aksi yang penuh kedamaian itu?
Sebelum Anda mengangguk tanda mengiyakan, atau menggeleng tanda tidak memercayai itu. Simak dulu tentang diskusi ringan berikut.
Pada pengajian yang dilaksanakan di Masjid Jogokariyan, Yogyakarta, Ahad (11/12/2016) ini, Ustadz Bachtiar Natsir bercerita sejenak tentang Aksi Damai 212.
Setelah tausiyah dan duduk, kata Ustadz Bachtiar, Aksi Damai pun selesai. Mendadak ada mujahidin Sumatera protes ke dia, "Ustadz, sudah?"
'Ustadz, sudah' yang dimaksud adalah hanya 'gini doang' Aksinya. Ibarat makan belum kenyang disuruh pulang. "Memang kalian mau apa?" tanya Ustadz kepada mujahidin ketika itu.
Yang ada di pikiran mereka, kata Ustadz, seperti kejadian 1998, goyang-goyang pagar MPR/DPR, mendudukinya, kemudian bakar-bakaran dimana-mana.
"Kalau begitu caranya, dengan emosi, tetap saja hasilnya seperti sekarang. 18 tahun kemudian karena marah-marah miskin gagasan dan akhirnya negeri ini dikuasai aseng dan asing," ujar Ustadz Bachtiar.
Pimpinan Arrahman Quranic Learning Center (AQL), Tebet, Jakarta Selatan itu mengaku bahwa Aksi Damai lebih bermartabat.
"2016 lebih keren, bro. Kita datang tanpa mengetok (pintu Istana). Ngapain diketok, kita datangin saja orangnya pergi. Eh giliran nggak undang malah datang!"
Jamaah serentak tertawa terbahak-bahak.
"Jadi ingat filsafah apa ya, datang tidak diundang.." belum selesai melanjutkan kalimatnya, jamaah menyerobot kalimat itu.
"Jelangkung...jelangkung...jelangkung!" kata jamaah seraya tertawa.
Tentu yang mengikuti Aksi Damai atau paling tidak yang mengikuti Aksi Damai 212 mengetahui siapa sosok 'datang tak diundang' yang dimaksud.
"Jangan menyebut itu nanti terkena pasal penghinaan.
Ia menanyakan kepada jamaah masjid, kalau tidak ada Aksi 212 kira-kira kasus Ahok bakal dilimpahkan ke pengadilan atau tidak?
Jamaah serempak menjawab "Tidaak!"
"Saya ditanya, kira-kira nih, Ustadz. Setelah Aksi 212 bagaimana ke depannya? Saya bukan peramal karena sudah baca Al-Maidah 51-58. Anda sendiri yang akan menjawabnya. Saya berharap aparat keamanan, aparat hukum tahu ini," kata dia.
Hal tersebut dikatakan agar aparat dan pemerintah tidak gagal paham lagi memaknai Aksi Damai.
"Supaya jangan gagal paham lagi seperti kemarin. Karena dikaitkan dengan Prabowo. Ini gagal paham. tak ada hubungan sehelai benang pun umat yang marah ini dihubungkan dengan Prabowo. Ada hubungannya tidak?"
Jamaah serentak menjawab tidak.
"Yang di sini pun sudah tahu, mana yang lebih tinggi; ayat suci apa ayat konstitusi?"
Jamaah serempak menjawab ayat suci.
"Eh yang dituduh SBY. SBY dituduh yang membiayai Aksi. Tak ada kaitannya dengan uang SBY. Uang kita lebih banyak. Uang GNPF MUI bahkan pernah mau diaudit oleh PPATK," kata pria yang mengenakan baju putih itu. [Paramuda/BersamaDakwah]
Advertisement
EmoticonEmoticon