Liputan6 |
Tatkala “The Rich Man” Sandiaga Uno didapuk jadi cawapres, terbayang betapa sukacita manteman di Ponpes Fat-Hiyah Al Idrisiyyah, Cisayong, Tasikmalaya. Apakah Sandi ngobong di sana ? setau saya tidak. Namun jika Sandi nempel Al-Idrisiyyah, itu logis. Konsep gerakan ekonomi yang dilakukan ponpes itu bisa menjadi model pengembangan santripreuneur. Mereka turun di bisnis minimart, kebon kopi, tambak udang, sampai usaha recehan dagang cilok dan sekelasnya. Kantor BMT-nya sangat bergengsi. Layanannya profesional. Andai saya banyak uang kayak Sandi, niscaya saya pun bersedia investasi.
Tahun 2015 Sandi nyambangin Al-Idrisiyyah bawa bendera Mien R. Uno Foundation. Yayasan yang berdiri tahun 2000 ini digagas ayahanda Sandi, Razif Halik Uno, untuk membantu pendidikan mahasiswa melalui pemberian beasiswa. Dalam perkembangannya, selain pemberian beasiswa yayasan ini memfokuskan diri dalam pengembangan kewirausahaan. Nama yayasan diambil dari nama ibunda Sandi yang dikenal sebagai tokoh pendidikan, etika, dan pengembangan karakter.
Ir. Razif Halik Uno itu alumni ITB, berdarah Gorontalo. Sedangkan Mien R. Uno alumni IKIP (sekarang UPI), kelahiran Indramayu. Nama lengkapnya Rahmini Rachman, kakak kandung Prof. Arief Rachman. Jaman baheula Prof. Arief suka tampil ngajar bahasa Inggris di TVRI. Masih lekat dalam ingatan, ketika di suatu simposium yang diselenggarakan UNESCO, sebelum memimpin sidang Prof. Arief mengambil wudhu, shalat dua raka’at di pojok ruangan. Hati saya bergetar melihatnya.
Disebut berbagai sumber, karuhun Sandi dari garis ayah melalui kakek mengerucut ke Raja Amai, penguasa kerajaan Hulonthalangi, daerah Gorontalo. Dialah yang mendirikan Masjid Hunto Sultan Amai, tertua di Gorontalo. Sedangkan dari garis nenek berhulu kepada Sunan Gunung Jati. Syekh Muhammad Maulana Jamaluddin yang merupakan keturunan ke 8 Sunan Gunung Jati menikah dengan I Bangki Karaeng Takalara dari Bugis. Benar apa tidak, biar kurator sejarah yang verifikasi.
Akan tetapi, walaupun berada di lingkungan keluarga religius, Sandi baru memperdalam tajwid dan khatam pertama kalinya pada umur 30. Kuat diduga peran isterinya, Nur Asia, cukup besar dalam membangkitkan himmah Sandi. Mpok Nur adalah puteri Haji Abdul Aziz Marzuki, Pembina Yayasan Masjid At-Taqwa Sriwijaya, Jaksel. Masjid yang berdiri tahun 1920 itu berawal dari wakaf kakek Haji Aziz. Kini makin luas dan komplit.
Walhasil, bagaimana pun Allah takdirkan Sandi di 2019, saya berharap ia memperbesar kepeduliannya terhadap pengembangan santripreuneur. Keluarga telah mewariskan darah pengabdian dan religius mengalir dalam dirinya. Ilmu menangguk uang ia punya. Soal ekonomi pontren ia bisa belajar dari Cisayong. To be or not to be.
Oleh: Nondi Eff
Advertisement
EmoticonEmoticon