BSMI |
Ketua Umum BSMI Muhamad Djazuli Ambari mengungkapkan sejak dibuka pertama Sabtu (11/8) sudah menangani seribuan pasien baik rawat jalan maupun rawat inap hingga Selasa (14/8).
Menurut Djazuli jumlah ini akan terus bertambah seiring dengan pelayanan pemeriksaan ibu hamil dan menyusui dengan USG yang langsung didatangkan dari Jakarta.
"Tindakan medis dari BSMI tidak hanya diberikan di Rumah Sakit Lapangan yang ada di Lombok Utara. Di tiap posko BSMI juga melayani tindakan medis bagi korban gempa. Selain itu tiap posko selalu dilengkapi dapur umur, fasilitas trauma healing, mobile clinic, penampungan dan bantuan logistik," papar Djazuli di Mataram, Selasa (14/8) dalam keterangan pers yang diterima BersamaDakwah.net.
Djazuli menambahkan, BSMI akan segera menyiapkan layanan operasi di Rumah Sakit Lapangan dengan menyiapkan dokter spesialis dan ruang operasi.
Tim BSMI, papar Djazuli, juga sudah berkoordinasi dengan RS terapung Ksatria Airlangga untuk kerjasama rujukan pasien dan tindakan operasi.
Djazuli menerangkan, mayoritas pasien yang dirawat di RSL BSMI menderita ISPA, diare akut dan penyakit kulit.
"Kita juga menyisir ke tenda pengungsian untuk mencari korban dengan kasus ortopedi. Saat ini yang jadi problem memang penanganan masyarakat yang takut operasi atau mencari kasus ortopedi dan tindakan usai operasi," papar Djazuli.
Ketua Majelis Pertimbangan Anggota (MPA) BSMI dr Basuki Supartono mengatakan saat ini fokus BSMI masih tanggap darurat sesuai arahan pemerintah yang masa tanggap darurat diperpanjang hingga 28 Agustus.
"Kita masih melakukan evakuasi korban, penanganan korban yang luka-luka dengan membangun Rumah Sakit Lapangan," jelas Basuki.
Basuki menjelaskan sudah muncul penyakit ikutan yang muncul pascagempa yang sudah berlangsung dua pekan sejak gempa besar pertama.
"Penyakit ikutan pascagempa sudah muncul seperti epilepsi, ISPA, diare akut. RSL kita tempatkan di Lombok Utara karena itu daerah yang paling terdampak besar dan luas," papar Basuki.
Advertisement
EmoticonEmoticon